Pengakuan Plin-plan Sang Penjahat Sadis: Demi Allah, Saya Bukan Pembunuh Bayaran!
jpnn.com - Baru tiga hari ditahan di Mapolres Limapuluh Kota, Sumatera Barat, pria yang diduga pengedar narkoba sekaligus pembunuh bayaran, perampok kelas kakap, penjambret ulung dan pengedar narkoba, Umar Jaya, 56, mulai plin-plan. Bahkan, residivis jebolan LP Muaro Padang dan LP Payakumbuh ini berbalik 180 derajat dalam memberikan keterangan. Dia dengan menyebut, dirinya bukanlah pembunuh bayaran. Lalu apa?
FAJAR RILLAH VESKY - Sarilamak
"Hufft.. Huftt.. Huft.."
Nafas Umar Jaya terdengar turun-naik, saat diperiksa penyidik Satuan Reserse Kriminal, Polres Limapuluh Kota, Sabtu (19/9) sekitar pukul 14.00 WIB.
Masker warna pink yang menutup hidung dan mulut pria kelahiran Matua, Agam, 12 Maret 1963 ini, terlihat ikut bergerak-gerak, bersamaan dengan nafasnya yang semakin lama, semakin sesak.
Umar Jaya mengalami sesak nafas, bukan karena dihajar penyidik berseragam preman. Tapi, akibat penyakit paru-paru dan Tuberkulosis (TBC) yang diduga dideritanya, kumat lagi.
"Paru-paru saya, sudah lama sakit Pak. Sejak saya ditahan di LP Muaro Padang, beberapa tahun lalu," kata Umar Jaya kepada Padang Ekspres yang ikut nimbrung dalam pemeriksaan itu.
Sambil mengambil minyak angin warna hijau yang disimpan dalam saku jaketnya, Umar Jaya mengaku, dalam kondisi tidak enak badan.