Pengalaman Dua Kali Bertemu Khadafi
Oleh Djoko Susilo*Minggu, 27 Februari 2011 – 07:47 WIB
Kondisi yang lebih baik terjadi 17 tahun kemudian, ketika untuk kali kedua saya ke Libya pada pada 2003 sebagai anggota DPR/MPR. Saat itu belum ada KBRI Tripoli, tetapi suasana sudah agak berbeda. Di Jakarta sudah dibuka Kedubes Libya dan setelah reformasi, intel Indonesia juga tidak terlalu mempermasalahkan kepergian warga Indonesia ke Libya.
Keberangkatan saya yang kedua ini menyertai Ketua MPR Amien Rais yang melakukan kunjungan resmi. Sangat berbeda memang suasananya. Perjalanan saya dari Jakarta dengan Saudia Airlines dan dilanjutkan dengan Egypt Air sangat lancar. Di Tripoli pun kami disambut sebagai tamu resmi dan ditempatkan di hotel yang sangat layak di tengah kota. Jika waktu kunjungan pertama, suasana sangat tegang dan Kota Tripoli pun susah (banyak toko yang kosong), pada 2003 mulai normal.
Saya dan rombongan dari Indonesia diterima Kolonel Khadafi di istananya, Bab Al Aziziya, yang saat itu sudah dipugar. Khadafi memakai baju khas Libya, warna cokelat. Suaranya sangat besar dan berwibawa. Dalam perbincangan yang berlangsung hampir satu jam itu, dia banyak memuji kemajuan Indonesia dan sangat berharap kerja sama dua negara makin meningkat.
Kali ini saya tidak perlu berdesak-desakan untuk bersalaman dengan dia. Malah saya sempat berfoto bersama yang dijepret oleh fotografer istana Khadafi. Saya memakai jas resmi, tidak baju batik seperti sewaktu sebagai wartawan. Sayangnya, sampai sekarang saya tidak pernah menerima foto tersebut.