Pengalaman Pasien COVID-19 Lolos dari Badai Sitokin dengan Menjaga Pikiran Tetap Positif
![Pengalaman Pasien COVID-19 Lolos dari Badai Sitokin dengan Menjaga Pikiran Tetap Positif Pengalaman Pasien COVID-19 Lolos dari Badai Sitokin dengan Menjaga Pikiran Tetap Positif - JPNN.COM](https://image.jpnn.com/resize/570x380-80/arsip/abc/normal/2021/08/27/pengalaman-pasien-covid-19-lolos-dari-badai-sitokin-dengan-m-y5fc.jpg)
"Yang saya takutkan ketika sakit adalah jangan sampai istri saya juga sakit. Anak saya lima orang masih kecil. Itu saja yang paling saya pikirkan. Kalau istri saya kena, terus bagaimana? Anak-anak saya bagaimana?," paparnya.
Ketika terserang COVID-19, Muhammad Yahya merasa kondisinya semakin parah di hari ke-11 tanpa ada tabung oksigen.
Dia mengaku melakukan 'proning' sendiri, yaitu posisi tengkurap karena sudah kesulitan bernapas, yang dilakukannya berulang-ulang, sampai akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit.
Tidak hanya sakit secara fisik
Belajar dari pengalamannya, Muhammad Yahya menyebut penyakit merupakan keterkaitan antara hati, pikiran dan fisik.
"Ketika mengalami masa kritis tersebut, yang paling saya rasakan mengganggu adalah pikiran dan hati kita," ujarnya.
"Saat mau bergerak itu tidak bisa. Mau mengambil makanan tidak bisa. Tulang belakang ini rasa patah semua. Tidak bisa apa-apa. Minum saja rasanya tidak bisa," katanya.
Saat itu juga pikirannya pun sempat ke mana-mana, bahkan ia sempat memimpikan anaknya mati atau bermimpi hal-hal yang menakutkan.
Tapi Muhammad Yahya mengaku ada hal yang kemudian membuatnya agak tenang, yaitu kesadaran bahwa kematian tidak ditentukan oleh sakit.