Pengalaman WNI Berpuasa di Australia
"Bedanya sahur sendiri, apa-apa harus dilakukan sendiri, tetapi lebih gampang karena lebih pendek waktunya," ujar Marsya saat ditemui di acara buka puasa bersama di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), beberapa waktu lalu.
Meski Australia adalah negara multikultur yang memiliki warga dari segala budaya dan agama, Marsya mengaku kalau ia belum merasa puasa sebagai bagian dari budaya Australia.
"Tapi di kantor saya lebih toleran," ujar Marysa yang sehari-hari bekerja di bidang marketing.
"Mereka lebih mengerti sehingga saya diperbolehkan untuk dapat pulang lebih awal."
Perbedaan berpuasa sebagai kelompok minoritas juga dirasakan oleh Aulia Hakim, mahasiswa jurusan ekonomi di University of Melbourne.
Yang lebih berkesan, Ramadan pertamanya di Australia ini bertepatan dengan jadwal ujian akhir semesternya.
Tetapi ia mengaku kalau berpuasa justru tidak menganggu jadwal ujiannya. Sebaliknya, Aulia mengaku bisa lebih fokus dan mendapat inspirasi saat berpuasa.