Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pengamat Terorisme: Pernyataan Menag Bisa Memunculkan Stereotip Baru

Minggu, 06 September 2020 – 21:42 WIB
Pengamat Terorisme: Pernyataan Menag Bisa Memunculkan Stereotip Baru - JPNN.COM
Menteri Agama Fachrul Razi. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi kembali menyampaikan pernyataan kontroversial. Ia menyebut bila paham radikalisme dapat disebarkan melalui orang-orang yang good looking. Pernyataannya ini langsung menuai respons beragam di kalangan masyarakat.

Pengamat terorisme Irfan Amalee menyebut, pembahasan mengenai radikalisme semenjak beberapa tahun terakhir telah mengalami pergeseran.

Sebelumnya stereotip celana cingkrang, jenggotan, dan bercadar selalu dijadikan dasar untuk menjustifikasi individu atau kelompok tertentu, tetapi untuk konteks mutakhir sudah tidak demikian.

“Waktu kejadian bom di Thamrin itu tampilannya pakai jeans, pakai ini sama sekali tidak ada. Kemudian, sebetulnya mungkin dari (kejadian itu) situ yang dimaksud. Jadi mereka tidak lagi menggunakan simbol-simbol yang membuat orang tidak lagi mendeteksi (radikalisme),” tutur Irfan melalui keterangan tertulisnya, Minggu (6/9).

Irfan juga mengaku bahwa dirinya sama sekali belum menemukan korelasi atau fakta perihal penampilan seseorang yang memakai atribusi tertentu dengan aksi radikalisme.

Justru dirinya malah mengkhawatirkan bila pernyataan Menag Fachrul Razi akan melahirkan stereotip dan adjustment baru bagi orang-orang yang good looking.

“Saya sendiri belum dapat korelasi atau fakta penampilan dan radikalisme. Malah saya mengkhawatirkan pernyataan Menag ini malah buat stereotip baru ke orang-orang. Jadi hati-hati bagi orang-orang yang good looking,” jelasnya.

Sejauh ini belum ada peneliti terorisme dan radikalisme yang menunjukkan sebuah pola yang seratus persen akurat. Irfan lantas mencontohkan motif keterlibatan seseorang ke kelompok radikal justru dipicu oleh faktor yang beragam dan berlainan.

Pengamat terorisme Irfan Amalee menyebut, pembahasan mengenai radikalisme semenjak beberapa tahun terakhir telah mengalami pergeseran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News