Pengamat Terorisme: Pernyataan Menag Bisa Memunculkan Stereotip Baru
Lebih lanjut Irfan mengatakan kelompok radikal sangatlah adaptif, sangat cerdas dan strategis dalam berjuang.
“Menurut saya benang merahnya itu ada lebih pada kelompok-kelompok itu sangat adaptif, sangat pintar, sangat strategis. Beberapa tahun lalu imajinasi kita tentang kelompok ini, gitu, cara ini begini, cara ngomongnya begini sekarang udah berbeda. Karena mereka juga kan promosi, tampilan di online juga berbeda, tampilan di offline sudah berbeda, pengajian juga suda berubah. Jadi sudah berubah, gitu. Itu sih menurut saya benang merahnya,” imbuhnya.
Irfan tidak memungkiri bila radikalisme itu ada. Namun menurutnya tidak perlu terjebak dalam generalisasi.
Lebih-lebih dia mengingatkan jangan sampai permasalahan good looking menjadi adjustment baru, stereotip baru yang malah mengalihkan pada esensinya. Karena kelompok radikal sendiri, tegasnya, sangat memahami trend dan relatif fashionable.
“Mereka sangat pintar dan sangat adaptif dari strategi baru, itu sih kalau saya mencoba untuk memahami. Tapi terhadap kalimatnya (Kemenag) sendiri saya sih cenderung khawatir bahwa itu malah jadi stereotype baru gitu. Seperti dulu celana cingkrang dan lain-lain. Cadar dan lain-lain. Malah nanti akan menimbulkan kecurigaan, adjustment,” terangnya.
“Yang harus dipahami juga, radikalisme itu tidak hanya milik salah satu agama, dan sekarang menjadi di mana-mana, di Amerika, Eropa. Jangan alergi terhadap masalah ini, dan jangan menganggap bahwa ini sedang menyudutkan salah satu agama tertentu. Jadi ini masalah bersama,” tukas Irfan. (rhs/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru: