Pengungsi Rohingya di Indonesia: Kami Salah Apa?
Ketika Suu Kyi diangkat menjadi penasihat negara, kekerasan memang sempat mereda. Tapi, tak berselang lama, kebrutalan terhadap etnis Rohingya kembali memuncak.
Bahkan, untuk pergi ke luar sekolah dan keluar dari kota, mereka harus mengantongi surat dari pemerintah setempat. ’’Tuara zaogoi iyan tuarar desh no (Kalian pergi sana, ini bukan negara kalian, Red),” kata Suaib ketika mengingat umpatan yang pernah dia terima dari pemerintah setempat.
Mereka berharap dunia segera bergerak bersama untuk menolong warga Rohingya. Mereka juga masih menyimpan mimpi bisa pulang lagi ke kampung halaman. Tentu dalam kondisi yang sudah kondusif.
’’Kami salah apa? Kami makan di tanah yang sama, punya mata dan warna kulit yang sama,” kata Suaib. (jos/c17/ttg)