Pengungsi Sinabung Terancam Terserang Depresi Berat
jpnn.com - BERASTAGI -- Belum adanya kepastian kapan pengungsi akan kembali ke rumah masing-masing, dikhawatirkan membuat para penghuni posko penampungan korban erupsi Sinabung mengalami depresi.
Ribuan pengungsi yang sudah menjalani kehidupan selama 3 bulan lebih di posko penampungan, mulai gundah akan aktivitas. Banyak di antaranya, tidak tahu harus melakukan apa. Oleh karenannya dibutuhkan bantuan psikolog untuk menetralisir, alur pola pikir yang menghinggapi para korban erupsi Sinabung di camp penampungan.
"Hampir tidak ada lagi harapan. Apalagi yang tersisa juga tidak diketahui. Sudah lama kami tidak pulang kampung, karena tidak diperbolehkan sehubungan desa kami berada di zona merah, radius 3 k,” ujar K. Sembiring warga Desa Bekerah, Selasa (14/1) dengan nada lesu.
Koordinator Humas Media Center Posko Utama Tanggap Darurat Penaggulangan Erupsi Sinabung, Jhonson Tarigan, belum mengetahui secara rinci terkait program konseling terhadap pengungsi yang mengalami stress atau depresi. “Besok coba kita koordinasikan langsung dengan pihak kesehatan,” katanya singkat.
Aktivitas vulkanologi gunung api Sinabung selama 2 hari terahir, masih terus berlangsung. Badai debu vulkanik yang ditimbulkannya kini sudah merusak desa di sekitar gunung.
Informasi yang dihimpun dari Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada Senin (13/1) terjadi 11 kali erupsi dengan rata-rata ketinggian kolom debu 400-1.000 m dan luncuran awan panas 1.500- 3.500 m.
Sementara Selasa (14/1) sampai pukul 20.00 Wib sebanyak 44 kali erupsi dengan rata-rata ketinggian kolom debu 1.000-4.000 arah angin bergerak menuju Selatan- Barat Daya dan luncuran awan panas 1.500 – 4.500 m yang disertai luncuran awan panas dan lava pijar.