Penjara Ditolak Warga, Ribuan Napi Kabur
BENGHAZI - Pembobolan penjara besar-besaran terjadi di Libya. Tidak tanggung-tanggung, 1.200 tahanan kabur dari sebuah penjara di Benghazi. Otoritas setempat pun berupaya menangkap kembali tawanan yang melarikan diri tersebut.
Ribuan narapidana itu melarikan diri dari Penjara Al-Kwyfah, Jumat pagi (26/7) waktu setempat. Di antara 1.200 orang tersebut, baru 18 orang yang bisa ditangkap kembali. Juru Bicara Polisi Muhammad Hujazi kepada Libya News TV pada Sabtu (27/7) menyatakan, sejumlah narapidana memutuskan untuk menyerahkan diri.
Penjara itu bobol karena serbuan warga lokal yang menolak fasilitas penghukuman tersebut berada di wilayah mereka. Perdana Menteri Pemerintah Transisi Libya Ali Zaidan menjelaskan, sebenarnya petugas sudah didatangkan ke lokasi, tetapi diinstruksikan untuk tidak menggunakan senjata ketika menghadapi warga.
Dalam sebuah jumpa pers, Zaidan menyalahkan warga sekitar penjara yang mengakibatkan ribuan napi lolos. "Penjara diserang warga yang tinggal di sekitar lokasi lantaran tidak ingin ada penjara di sana," tegasnya.
Kaburnya para terpidana itu dimulai saat penduduk Kwyfah berhasil membuka pintu penahan banjir dalam bangunan tersebut. Dengan mudah, para narapidana pun meloloskan diri. Muhammad Hujazi mengakui, Benghazi mengalami kekurangan sumber daya manusia dan perlengkapan untuk menjaga penjara.
Semantara itu, Zaidan mengungkapkan, seluruh pos perbatasan di Libya telah mengantongi daftar nama narapidana yang lari. Dia juga meminta penutupan perbatasan Libya dengan Mesir dan wilayah timur. "Tak ada seorang pun yang diizinkan melintas perbatasan. Kami hanya mengizinkan barang-barang kebutuhan masuk selama Ramadan," tambahnya.
Versi lain menyebutkan, pembobolan penjara tersebut berawal dari tindakan sipir yang menembak tiga napi karena berupaya melarikan diri. AP melansir, napi yang marah mulai membakar fasilitas penjara dan terlibat bentrok dengan petugas penjara.
Sekelompok pria bersenjata mendatangi penjara setelah kabar terjadinya bentrokan tersiar. Mereka melepaskan tembakan dari luar penjara untuk membebaskan rekan mereka di dalam. Mereka yang berhasil melarikan diri adalah narapidana kasus-kasus serius. Sejumlah petugas yang memberikan keterangan enggan menyebutkan identitasnya dengan alasan tidak berwenang berbicara kepada pers.
Benghazi menjadi kota paling rawan atas terjadinya kerusuhan pascarevolusi Libya. Tahun lalu Chris Stevens, duta besar AS, dan tiga pengawalnya terbunuh dalam sebuah serangan bom. Masih dari Benghazi, dilaporkan bahwa Sabtu (27/7) seorang kolonel tewas ditembak kelompok bersenjata. Tiga tentara lainnya juga terbunuh oleh kelompok bersenjata pada sehari sebelumnya.