Penting Anda Ketahui agar Tidak Sakit Maag
Ada pula, karena berada di lingkaran pergaulan yang menghabiskan biaya tinggi rela menghemat makan demi bisa nongkrong dengan teman-teman di tempat makan mahal. “Alasannya gengsi, jadi pola makan dikorbankan,” imbuhnya.
Emotional eating alias makan karena kebutuhan emosional bukan kebutuhan fisik, juga terjadi. Jadi, makan akibat ingin meredakan stres. Bisa makan yang manis-manis, atau sesuai selera. Entah itu berlemak, pedas, gurih, atau asam. Kondisi badan pun terabaikan, pun begitu kesehatan. Pola makan tak sehat pun memicu aneka penyakit metabolik.
BACA JUGA: Yang Perlu Anda Ketahui tentang Sakit Maag, Jangan Sepelekan
Memang, bagi sebagian masyarakat, kesibukan disebut jadi alasan makan tak teratur. Mempersiapkan makan hingga proses melahapnya dianggap bakal menyita waktu yang bisa dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sehingga, menunda-nunda waktu makan terjadi. Atau makan seadanya, tanpa memerhatikan kebutuhan gizi. Ujung-ujungnya penyakit bisa datang, tak terkecuali maag.
Padahal, perihal makan bukan perkara rumit. Di rumah, bisa dipersiapkan makanan sendiri untuk jadi sarapan atau bekal makan siang saat bekerja. Memasak makanan sendiri, tentu lebih terjamin kebersihan dan sehatnya dibandingkan membeli di luar. Maka dari itu, disarankan memiliki stok makanan di rumah.
Ditemui terpisah, dokter gizi Meiliati Aminyoto mengatakan, penyakit lambung sebenarnya memiliki banyak macam. Jika pada umumnya disebut masyarakat sebagai penyakit maag, namun sebutan tersebut hanya dalam bentuk umum. Sehingga secara spesifik, proses terapi dengan diet lambung pun perlu analisis kondisi lambung terlebih dahulu.
Biasanya, kata dia, penderita lebih dulu melakukan konsultasi kepada dokter spesialis penyakit dalam, selanjutnya diarahkan pada dokter gizi sebagai rujukan melakukan diet khusus tersebut.