Penting, Serang di Jantung Keyakinan Kelompok Teroris
jpnn.com, JAKARTA - Rentetan aksi teror menunjukkan masih tumbuhnya pemahaman terorisme. Kondisi itu perlu dihentikan. Caranya, melakukan kontra wacana. Tidak lagi melalui dunia maya, tapi langsung menyentuh setiap tokoh dan kelompok terorisme.
Pengamat terorisme Al Chaidar menuturkan, langkah kontra wacana selama ini belum pernah dilakukan pemerintah. Hanya secara tipis-tipis dilakukan Polri, tidak secara menyeluruh. ”Kondisi ini yang membuat pemahaman kelompok terorisme berkembang,” ujarnya, seperti diberitakan Jawa Pos.
Beda dengan kontra narasi, kontra wacana itu masuk pada wacana yang memang menjadi jantung dari keyakinan kelompok teror. Dia menuturkan, perlu ada diskusi secara terbuka terkait keyakinan mereka.
”Mereka memiliki tokoh ideologisnya, maka ulama-ulama dan ahli agama perlu untuk dilibatkan mendiskusikan semua itu,” paparnya.
Dengan diskusi terbuka terkait keyakinan kelompok teror tersebut, lanjut dia, semua akan memahami kondisi yang sebenarnya. Yang masuk anggota dan simpatisan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) bisa mengikutinya. ”Sehingga mengetahui mana yang benar dan mana yang salah,” terangnya.
Menurut dia, banyak ahli agama dari berbagai elemen dan universitas yang bisa menjadi pembanding dari tokoh-tokoh kelompok terorisme. ”Perlu diketahui, selama ini kelompok terorisme hanya mendapatkan pemahaman dari satu arah,” jelasnya.
Anggota dan simpatisan kelompok teroris itu jarang mendapat pengetahuan Islam dari sumber lainnya, yang sebenarnya jauh lebih mendalam. ”Maka, menyerang di jantung keyakinan kelompok terorisme ini penting,” tegasnya.
Langkah lainnya, humanisasi atau pengenalan terhadap cara berpikir umat Islam Indonesia. Dia menuturkan, anggota kelompok teror perlu dikenalkan kondisi Islam di Indonesia. ”Seperti saat polisi itu ternyata istrinya bercadar, bagaimana cara Islami kelompok lainnya,” tuturnya. (riq/idr/jun/tyo/c10/agm)