Pentingnya Ulama Untuk Melawan Radikalisme
“Karena itu perlu dibangun sebuah tim untuk menyusun buku panduan pendidikan anti radikal. Di majelis taklim kita tahu sendiri para ibu sangat giat dibandingkan bapak-bapak. Kalau ustazahnya kurang bacaan, bagaimana dia menyampaikan ajaran yang benar kepada umat?,” ujar Asep.
“Dia adalah juru bicara untuk ajaran-ajaran Islam yang benar dan harus disampaikan kepada umat. Berarti harus tersedia bacaan-bacaan yang benar dan baik, mudah dicerna, bernuansa keislaman dan bisa bisa diserap oleh para mubalig, dari berbagai level pendidikan,” kata Asep.
Menurutnya, Kementerian Agama yang punya kewenangan soal itu belum bisa bekerja dengan optimal sehingga diperlukan sinergitas antar omponen masyarakat untuk memperkuat institusi pendidikan melawan radikalisasi.
“ Jadi perlu sinergitas ormas-ormas Islam, bisa kelompok-kelompok profesional, para mubaligh dan berbagai profesi keagamaan di masyarakat . Itu yang harus diperkuat,” katanya.
“Majelis taklim sebenarnya strategis karena dia berada di ruang publik dan masuk ke wilayah jantung serta berhadapan dengan masyarakat yang rentan terhadap berbagai faham termasuk radikalisme,” tambah Asep.
“Jika wilayah jantung itu dibiarkan kosong, benteng pertahanannya akan jebol. Karena itu, menurut hemat saya seharusnya kita semua harus bersinergi, negara masuk, ormas Islam masuk. Jika tidak, maka ruang kosong itu akan diambil alih oleh kelompok-kelompok radikal karena mereka sangat cepat dan jeli melihat peluang,” katanya.
Untuk itu menurutnya, penting untuk memperkuat sumber daya masyarakatnya agar bisa punya persepsi yang sama kemudian disinergikan. “Penting, karena ini masalah bangsa dan negara serta masa depan bangsa,” katanya. (jos/jpnn)