Penusukan Massal di Jepang, Pelaku Incar Leher dan Kepala
Menurut NHK, 19 orang terkena sabetan dan tusukan Iwasaki. Di antara mereka, siswi Caritas Hanako Kuribayashi, 11, dan wali murid sekaligus pegawai Kementerian Luar Negeri Jepang, Satoshi Oyama, 39, dinyatakan meninggal.
''Saat keluar bus, saya melihat pria dengan jas hitam terkapar di genangan darah,'' ujar Kazuhiro Yoshida, salah seorang sopir bus Caritas.
Tak lama setelah itu, Iwasaki menusuk leher sendiri. Dia tak selamat meski sempat dibawa ke rumah sakit. Sementara itu, nasib korban lain yang dilarikan ke St Marianna University School of Medicine juga belum jelas.
Koji Shimazu, salah seorang pejabat rumah sakit, menerangkan bahwa seorang perempuan berusia 40 tahun dan tiga siswi dalam kondisi kritis setelah menjalani operasi. Mereka menderita luka pisau di kepala atau leher.
''Itu adalah kasus yang mengerikan. Pemerintah seharusnya menjamin keamanan anak-anak,'' ujar Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe kepada Agence France-Presse.
Abe benar-benar kalut. Masalah tersebut terjadi saat dia harus menjamu Presiden AS Donald Trump. Kemarin, mereka masih punya agenda untuk mengunjungi kapal perang Jepang. Trump juga mengucapkan belasungkawa.
''Doa saya dan seluruh rakyat AS untuk keluarga korban,'' ucap suami Melania itu.
Serangan masal memang jarang terjadi di Jepang. Jika terjadi, metode yang paling sering ditemui adalah menabrakkan kendaraan atau menggunakan pisau. Sebab, pembatasan penggunaan senjata api di Jepang sangat ketat. (bil/c22/dos)