Perang Yaman: Tragedi Kemanusiaan yang Terlupakan
jpnn.com - Kebrutalan perang di Yaman tak kalah mengerikan dari apa yang terjadi di Syria, Iraq dan Palestina. Namun, sangat minim pemberitaan tentang perang di negara sebelah selatan Arab Saudi itu. Berbeda dengan perang di Syria atau penderitaan warga Gaza yang diberitakan secara masif.
Kondisi itu dikeluhkan penasihat senior di Save the Children Caroline Anning. Tanpa pemberitaan, tragedi kemanusiaan di Yaman kurang mendapat perhatian internasional. Ujung-ujungnya, upaya untuk segera mengakhiri tak kunjung datang.
”Mengingat besarnya penderitaan penduduk dan fakta bahwa itu disebabkan ulah manusia, perhatian internasional ke Yaman masih belum memadai,” kata Anning seperti dilansir kantor berita AFP.
Kenapa pemberitaan perang Yaman minim? Itu tidak disebabkan media enggan meliput. Namun, karena akses masuk ke Yaman yang sangat sulit. Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi memberlakukan aturan ketat bagi siapa saja yang mau masuk ke sana.
Jurnalis dan lembaga HAM asing dilarang masuk. Bukan hanya mereka yang akan masuk secara langsung. Jurnalis yang mau masuk dengan menumpang pesawat PBB yang hendak mengirimkan bantuan juga dihadang.
Jurnalis majalah Rolling Stone sampai harus masuk lewat jalur ilegal agar bisa membuat laporan langsung dari Yaman. Dia membayar seseorang untuk menyelundupkannya masuk Yaman lewat jalur laut dengan menggunakan perahu cepat.
Bukan hanya pasukan koalisi Arab Saudi yang tidak bersahabat dengan jurnalis, melainkan juga pemberontak Houthi.
Agustus lalu mereka menahan Hisham Omeisy, salah seorang aktivis yang kerap memberikan informasi tentang perang di Yaman ke dunia luar. Belasan tentara mendatangi rumahnya dan menangkap pria 38 tahun tersebut.