Teganya, Militan Yaman Jarah Bantuan untuk Korban Kelaparan
jpnn.com, SANAA - Rehat tempur alias gencatan senjata tidak pernah benar-benar menguntungkan rakyat Yaman. Ketenangan, yang biasanya hanya sesaat, itu tidak mengubah nasib mereka. Bantuan kemanusiaan yang sebagian besar isinya adalah makanan tidak pernah sampai ke tangan mereka.
Tenang atau perang, warga sipil yang terpaksa bertahan di kamp-kamp penampungan sementara itu tetap kelaparan. Sebab, bukan konflik senjata atau putusnya akses pelabuhan yang membuat mereka tak bisa menjamah makanan, melainkan praktik korupsi yang merajalela.
''Mereka yang seharusnya melindungi malah menjarahnya,'' ujar Nabil Al Hakimi, aktivis sosial di Kota Taiz, kepada Associated Press Senin (31/12).
Dia mengungkapkan, militan Houthi maupun kelompok yang berkubu pada koalisi Amerika Serikat (AS) sama-sama maling. Mereka tega menjarah bantuan makanan yang menjadi hak warga sipil di kamp-kamp penampungan.
Hakimi mengatakan bahwa negara-negara donor dan PBB telah mengirimkan bantuan senilai miliaran dolar ke kotanya. Bantuan itu berwujud makanan dan obat-obatan.
Tapi, kenyataannya, bantuan-bantuan tersebut tidak pernah sampai ke tangan mereka yang membutuhkan. Jika tidak dijarah di gudang, bantuan-bantuan itu dicuri dari truk-truk yang bertugas mendistribusikannya.
Di Taiz, bantuan-bantuan tersebut dijarah militan pro-AS. Masalah perut menjadi alasan utama penjarahan itu. Para personel militan tersebut juga butuh makan. Karena itulah, mereka nekat memutus rantai bantuan.
Mereka juga nekat mengembat makanan untuk dimanfaatkan sendiri. Selain dibagi rata ke seluruh personel yang terlibat penjarahan, makanan itu disalurkan ke mereka yang bertugas di garis depan.