Perbaikan Transportasi Jakarta Dimulai dari Era Jokowi, Bukan Hasil Kerja Satu Gubernur Saja
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Djoko Setijowarno menilai, keberhasilan Jakarta menjadi satu dari tiga kota terbaik dunia dalam perbaikan sistem transportasi dan mobilitas kota, tidak lahir dari proses instan. Artinya prestasi itu bukan hasil pembangunan satu atau dua tahun terakhir semata.
Djoko mengingatkan, ada banyak tangan yang bekerja dari beberapa pemerintahan sebelum Gubernur Anies Baswedan. Menurutnya, perbaikan sistem transportasi di Jakarta dimulai sejak pergantian tampuk kepemimpinan gubernur DKI, dari Fauzi Bowo ke Joko Widodo alias Jokowi.
"Prestasi Jakarta di bidang transportasi tidak bisa dibilang hasil kerja satu dua orang. Karena, ini merupakan akumulasi hasil kerja banyak pihak dari pemerintahan sebelumnya. Jadi, tidak bisa seorang pun mengklaim sukses ini sebagai hasil kinerja sendirian," katanya kepada Rakyat Merdeka, Jumat (28/6).
Djoko menjelaskan, gubernur terdahulu telah memulai pengembangan transportasi publik, antara lain melalui pengoperasian bus TransJakarta. Tahun 2012, PT Transportasi Jakarta selaku operator bus TransJakarta, baru membangun enam koridor.
BACA JUGA: Gerindra: Kualitas Udara Jakarta Semakin Buruk
Angka ini terus meningkat menjadi 39 koridor pada 2014. Tiga tahun kemudian, bertambah lagi menjadi 80 koridor. Termasuk, 10 rute rintisan untuk Jak Lingko.
"Selain itu, peran pemerintah pusat juga tak bisa diabaikan. Pelayanan kereta rel listrik (KRL) yang berkembang sejak 2013, misalnya. Bahkan, saat ini, KRL sudah sampai ke Rangkasbitung dan Cikarang," ujar dia.
"Ditambah lagi, pemerintah pusat juga membentuk Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk memperbaiki sistem transportasi Jakarta. Untuk mendukung hal itu, pemerintah pusat juga menerbitkan Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ)," terang Djoko.