Percepat Pendataan Sekolah, Guru, dan Siswa Sulteng
jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus melakukan pendataan terhadap satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan, serta siswa terdampak gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng).
Data jumlah satuan pendidikan, siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan terdampak akan terus diperbaharui berdasarkan perkembangan di lapangan setiap harinya.
Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen), Poppy Dewi Puspitawati mengungkapkan, per 6 Oktober 2018, sebanyak 422 sekolah mengalami kerusakan.
Sebanyak 80 guru dan tenaga kependidikan serta 59 siswa menjadi korban, baik meninggal, hilang, maupun rawat inap. Tim dari direktorat teknis telah terjun ke lapangan sejak hari pertama pascabencana.
"Yang paling penting, kami telah mengaktivasi pos pendidikan, yang kita pusatkan di LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Sulawesi Tengah," kata Poppy di Jakarta, Rabu (10/10).
Proses pendataan, diakui Poppy, masih belum optimal khususnya di wilayah Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong. Cukup banyak pendidik maupun tenaga kependidikan yang belum teridentifikasi statusnya.
Mereka dikabarkan mengungsi di gunung dan di luar wilayah Sulteng. Atau diduga menjadi korban tsunami dan likuifaksi. Selain itu, masih banyak lokasi yang terisolasi. Posko Pendidikan terus memperbaharui data setiap hari pukul 19.00.
Saat ini, sebanyak 26 pegawai LPMP Sulteng belum diketahui statusnya. Salah satu staf bernama Arifin, dan seorang anak dari staf LPMP menjadi korban meninggal. Dua rumah pegawai dilaporkan hilang/amblas akibat likuifaksi, dan tiga rumah dinyatakan rusak berat. LPMP Sulteng mengalami kerusakan ringan, tetapi masih dapat menjalankan fungsinya. (esy/jpnn)