Peringati Bulan Bung Karno, Ajak Publik Tetap Optimistis soal Jokowi
Yudi lantas mencontohkan ketika Bung Karno usai membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 yang juga bersamaan dengan bulan Ramadan. Saat dalam perjalanan pulang, Bung Karno mendengar azan magrib.
Seketika itu, kata Yudi, Bung Karno langsung memanggil tukang sate dan memesan 50 tusuk. "Bung Karno membeli 50 tusuk sate untuk dia dan teman-temannya, lalu makan di pinggir got. Inilah cara pendiri bangsa merayakan lemerdekaan. Inilah Indonesia awal. Dengan keterbatasan, namun penuh optimisme, hingga sepuluh tahu kemudian menjadi pemimpin Asia Afrika,” katanya.
Yudi lantas menyinggung soal semangat gotong royong untuk menghadapi persoalan bangsa. Menurutnya, para pendiri bangsa juga bekerja secara gotong royong saat awal-awal membangun Indonesia.
Di masa-masa awal kemerdekaan, lanjut Yudi, tokoh-tokoh bangsa seperti Sultan Hamengku Buwono XI dari Yogyakarta, Daue Beureuh dari Aceh, Sultan Syarief Kasim II dari Riau dan para raja-raja lainnya di tanah air bahu-menbahu membangun negara yang tak punya uang.Sayangnya, hal yang dicontohkan para pendiri RI itu seolah tak terlihat lagi saatini.
"Sekarang yang kurang adalah karakter semangat gotong royong. Indonesia kaya, tapi kalau kita hanya perjuangkan kepentingan kelompok dan pribadi, apapun yang kita miliki takkan ada artinya. Tetapi bila kita gotong royong, itulah kita jadi bangsa besar," katanya.(ara/jpnn)