Peringati HUT ke-61 SOKSI, Ahmadi Noor Supit Bilang Begini
Sebab, menurut Supit, cara berpikir masyarakat sehari-hari di Papua, Sumatera, Kalimatan, Jawa, dan lainnya berbeda-beda, bahkan di Jawa ada kelasnya. Ini tidak bisa sepenuhnya mengadopsi dari luar.
“SOKSI harus berani jujur menyampaikan kondisi Indonesia saat ini. Jangan dibiasakan berpikir dan menyampaikan sesuatu yang tidak pasti,” kata Supit.
Situasi politik, misalnya, berkembang isu presiden tiga kali. Sedangkan konstitusi yang berlaku saat ini jabatan presiden dua kali. Meski demikian, secara politik bisa saja, membuat presiden tiga kali empat kali dan seterusnya.
"Namun, secara konstitusional sekarang yang berlaku dua kali presiden. Artinya akan ada presiden baru pada 2024 nanti. Sesuai dengan konstitusional yang berlaku," katanya.
Supit menegaskan arah politik Indonesia saat ini masih cukup mengkhawatirkan. Karena ada cara seolah masyarakat kita saling menyalahkan, saling merasa benar sendiri. Baik itu di tengah organisasi politik, kemasyarakatan, atau bahkan di ikatan keagamaan yang terjadi saling menyalahkan.
“Ini sesuatu yang sangat mengkhawatirkan. Saya katakan apakah memang ada yang ingin melakukan politik divide et impera atau adu domba, memecah bangsa ini, membuat pertarungan di antara parpol, organisasi dan lainnya. Meresahkan saling curiga satu sama lain. Ini adalah situasi yang harus segera diselesaikan,” katanya.
Sebab dengan politik adu domba ini pernah menjadikan Indonesia dijajah selama 350 tahun. Dipertentangkan satu suku dengan suku lain, satu budaya dengan budaya lain politik dengan politik lain.
“Oleh karena itu SOKSI harus jeli dan pandai melihat situasi ini. SOKSI tidak boleh diam karena dikhawatirkan situasi ini terus berjalan," tukasnya.