Pernah Hina Trump, Dianggap Ancaman bagi Putra Mahkota
jpnn.com, RIYADH - Pangeran Alwaleed bin Talal ditangkap KPK Arab Saudi bersama sepuluh pangeran dan sejumlah pejabat lainnya, Sabtu (4/11). Meski alasannya adalah korupsi, banyak pihak yang menilai bahwa itu hanyalah bagian dari upaya membersihkan orang-orang yang berseberangan dengan Pangeran Mohammed bin Salman, putra mahkota Kerajaan Saudi.
Selama ini Pangeran Talal memang dikenal frontal saat memberikan kritikan. Entah itu di dalam maupun luar negeri. Sebagai contoh, pada Desember 2015, dia menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump adalah aib bagi semua penduduk Amerika.
Saat itu Trump masih menjadi kandidat presiden dari Partai Republik. Meski begitu, saat Trump resmi dilantik sebagai presiden, Talal tetap mengucapkan selamat.
Gaya hidup maupun ulasan tentang investasi pebisnis 62 tahun tersebut juga kerap muncul di media-media internasional. Dia juga kerap menjadi pembicara masalah finansial. Contohnya, tentang skeptisismenya terhadap Bitcoin dan soal mata uang kripto baru-baru ini.
Sebulan yang lalu dia juga bertemu dengan CEO Goldman Sachs Lloyd Blankfein. Mereka membicarakan perkembangan investasi dan ekonomi di Timur Tengah.
Goldman Sachs baru-baru ini membantu Kingdom Holding mendapatkan 16 persen saham Banque Saudi Fransi, bank di Saudi. Dia dikenal sebagai investor yang pandai menilai peluang.
Talal berinvestasi besar-besaran pada Citigroup saat krisis ekonomi global melanda pada 2008 lalu. Baru-baru ini dia mengaku senang dengan keputusannya itu. Talal pun menjadi investor individu dengan porsi saham terbesar di Citigroup.
’’Dia selalu bersemangat dan menjadi wajah tidak resmi Arab Saudi meski tidak pernah jadi pengambil keputusan kerajaan,’’ ujar salah seorang pebisnis di Timur Tengah.