Persoalan Sampah Menjadi Jadi Momok Pemkot Tangsel
jpnn.com - TANGSEL – Pengolahan sampah di Kota Tangsel nampaknya masih terus menuai masalah. Tempat pembuangan akhir (TPA) di Cipeucang yang menjadi primadona pengelolaan sampah di Kota Tangsel, ternyata tak mampu berbuat banyak. Bahkan, akibat sampah yang makin bertambah banyak, lubang sanitary landfill over kapasitas.
Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangsel, M. Taher mengatakan, pihaknya saat ini butuh penambahan landfill untuk menampung sampah di TPA Cipeucang, Setu, Kota Tangsel. Menurutnya, meningkatnya volume sampah di TPA Cipeucang saat ini mengakibatkan lubang sanitary landfill kelebihan kapasitas.
”Secepatnya kebutuhan penambahan landfill di Cipeucang harus dilakukan. Setidaknya harus ada dua lubang baru untuk menampung sampah yang masuk,” katanya.
Menurut Taher, jumlah sampah yang masuk ke TRPA Cipeucang dalam sehari bisa mencapai 150 ton. Kondisi ini makin diperparah karena sampah yang masuk sudah bercampur aduk.
Bercampurnya sampah organik dan non-organik di TPA Cipeucang juga menimbulkan persoalab tersendiri. ”Kendala yang ada terus dicari solusinya. Mengolah sampah bukan perkara mudah,” katanya.
Taher sendiri tidak menampik ada kelemahan dalam sistem sanitary landfill. Dengan sistem ini, seluruh sampah terlebih dahulu ditumpuk. Sedangkan alas yang digunakan untuk menumpuk sampah berbahan sejenis karpet sehingga ada pemisahan antara sampah dengan air sebelum dilakukan sistem open dumping.
Bersamaan dengan pemberlakuan sistem ini, saluran pembuangan air lindi yang disiapkan macet karena tertimbun sampah plastik. ”Bau air lindi tercium warga karena air tersebut tidak masuk ke pembuangan. Kerap macet karena lubang tertutup sampah plastik,” ujarnya.(fin/indopos/jpnn)