Pertahanan Jebol, Myanmar Tutup Semua Sekolah
“Kami harus memanggil seluruh perwakilan sekolah dan meminta mereka tutup besok,” kata Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Dasar, Ko Layy Win.
“Komite pusat COVID-19 memutuskan berbuat demikian setelah penularan lokal di negara ini tinggi,” kata dia.
Salah satu pasien lainnya yang diumumkan hari ini juga ditemukan di Kota Yangon. Pasien merupakan seorang warga yang sempat mendatangi klinik untuk meminta surat keterangan sehat.
Setelah sebulan tidak melaporkan penularan lokal, Myanmar kembali mengumumkan kasus COVID-19 baru pada 16 Agustus. Mayoritas pasien ditemukan di Sittwe.
Sittwe merupakan tempat yang dipenuhi kamp pengungsi untuk kurang lebih 100.000 warga etnis Rohingya. Warga Rohingya telah tinggal di kamp pengungsi sejak jadi korban insiden kerusuhan pada 2012.
Rohingnya jadi salah satu kelompok etnis yang tidak diberi akses bebas bergerak dan beraktivitas, bahkan akses ke layanan kesehatan pun terbatas. Myanmar telah membatasi akses Internet di banyak wilayah karena alasan keamanan.
Para pekerja kemanusiaan mendesak otoritas setempat untuk memulihkan kembali akses komunikasi dan kebebasan masyarakat demi memastikan warga mendapatkan informasi kesehatan yang tepat dan memadai. Dari 179 kasus penularan lokal, otoritas setempat mendeteksi adanya mutasi COVID-19 yang lebih mudah menular daripada jenis COVID-19 pada umumnya di Myanmar.
Oleh karena itu, pemerintah sejak akhir Maret menutup perbatasan untuk seluruh pendatang, kecuali warga Myanmar yang kembali dari luar negeri. Namun, mereka wajib menjalani karantina. (ant/dil/jpnn)