Perubahan Iklim Berdampak Pada Petani Muda Indonesia, Terutama Gagal Panen yang Besar
Gagal panen besar-besaran
Isu perubahan iklim sedang banyak dibahas dalam konferensi PBB 2021 di Glasgow, dan begitu pula di Indonesia.
Tetapi dampak dari perubahan iklim ini dirasakan langsung oleh para pelaku sektor pertanian yang menjadi sumber pasokan makanan sekaligus penyerap tenaga kerja terbesar.
Menurut Dr Rini Astuti dari Australian National University, cuaca ekstrem diperkirakan bakal menurunkan hasil produksi pertanian Indonesia.
"Saya kira dampak terbesar dari perubahan iklim adalah meningkatnya ketidakteraturan dan intensitas curah hujan, karena produksi pertanian sangat bergantung pada curah hujan," ujar peneliti bidang mitigasi perubahan iklim di Asia Tenggara ini.
"Ketidakteraturan curah hujan kemudian memengaruhi kemampuan petani dalam merencanakan usaha agrikultur, sehingga akan berdampak pada produksi pangan di Indonesia. Dan efeknya bukan hanya dirasakan oleh petani tapi juga perekonomian negara secara keseluruhan," jelasnya.
Dr Rini mencontohkan peristiwa El Nino pada tahun 2015 dan 2019 yang menyebabkan kegagalan panen skala besar di wilayah penghasil beras utama Indonesia" akibat lambatnya musim hujan sebagai contoh dari peristiwa cuaca ekstrem.
Sebuah riset oleh lembaga penelitian di Jakarta yang membandingkan dua hasil panen dari dua wilayah produksi padi di Jawa, telah memperkirakan terjadinya perubahan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim pada 2010, 2030, dan 2050.
Petani seperti Tri Ema Marini (33) yang mulai menggarap sawah di tahun 2013 mengaku mengalami masa-masa sulit dua tahun belakangan.