Pesantren Anak Mantan Teroris, Dibangun Eks Napi Perampokan CIMB
“Jangan ada lagi tindakan terorisme di Indonesia. Itu terjadi karena tidak adanya pembinaannya jadi dengan mudah dicuci otak anak-anak,” harap Ghozali.
Menurut dia, pesantren ini dibangun atas keprihatinannya terhadap paham radikalisme yang perlahan mulai membelit anak-anak.
Kata dia, sudah ada 1.000 ikhwan yang dipenjara karena terlibat terorisme.
Jika dari tiap orang yang dipenjara ini memiliki tiga orang anak, simpul Ghozali, maka ada 3.000 anak yang terlantar.
Dalam pemahaman etika islam, kata pria berkacamata ini, ada dikenal Birrul Walidain. Artinya, tiap anak harus berbuat baik kepada kedua orangtuanya.
Melalui modus Birrul Walidain ini, dia bilang, banyak ayah mengajak anaknya untuk melakukan aksi teror.
“Kalau anaknya menolak, maka dicap sebagai anak yang berdosa,” sebut Ghozali.
Ketua Panitia Pembangunan Masjid di Pesantren Darusy Syifa yang juga merupakan pejabat di BNPT, Herwan Khaidir berharap, dengan ada pesantren ini orang-orang yang sempat terpapar paham radikal akan kembali ke jalan yang benar.