Pesantren Anak Mantan Teroris, Dibangun Eks Napi Perampokan CIMB
Dia menceritakan, sejauh ini sudah ada enam bangunannya. Lima diantaranya asrama dan satu unit bangunan lainnya adalah kantor pesantren itu. Dia bilang, aktivitas dimulai pukul 04.30 WIB.
“Lalu setelah solat subuh berjamaah, seluruh santri belajar menghapal kitab suci Al-quran,” sambung dia.
Lebih jauh, pukul 08.00 hingga 12.00 WIB, dilanjutkan dengan belajar pelajaran umum. Rata-rata, seluruh santri ikut dalam belajar dalam kurikulum 2013, setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Lalu istirahat solat makan, yang kemudian dilanjutkan kembali belajar tentang agama, tepat pukul 14.00 hingga 20.00 WIB.
Menurut dia, seluruh murid berasal dari Sumut hingga Medan dan sekitarnya. Dia bilang, 20 murid itu merupakan anak-anak dari para pelaku yang melakukan aksi teror.
“Seperti kasus penyerangan Polsek Hamparan Perak, Pelatihan Militer di Aceh dan lain-lainnya terkait dengan kejadian teror,” kata dia.
Kaget memang mendengar cerita dari Ghozali. Soalnya, dia bilang, pembangunan pesantren itu dari dana pribadinya sendiri. Meski tak semua. “Satu persatu ada donatur. Untuk pembangunan mesjid ini, dari BNPT,” kata dia.
Target dia membangun pesantren ini adalah memutus mata rantai radikalisme. Tujuannya, agar anak-anak dari para pelaku aksi teror itu tak mengikuti jejak sang orangtuanya.