Pilkada Harus Jadi Momentum Golkar Menjaring Tokoh Karismatik untuk Kepemimpinan Nasional
“Bukan berarti tidak ada dampak politik terhadap Golkar. Terbukti suara mereka menurun. Namun, bagaimanapun, Golkar tetap bisa selalu finish di tiga besar,” kata Arief.
Resiliensi Golkar, kata Arief, dipengaruhi kemapanan institusinya yang membuat mereka lekas mampu beradaptasi dengan era reformasi. Hal ini pula yang kemudian menjadi jalan kesuksesannya di Pileg 2024.
Arief menyebut strategi Golkar di Pileg 2024 sebagai politik kredit-debit. Bahwa dengan modal genetik kemapanan institusional, Golkar mengalkulasi setiap langkahnya dengan cermat untuk mengonversi setiap cost yang selama ini dianggap sebagai liabilitas menjadi keuntungan politik.
Strategi politik kredit-debit membuat Golkar lebih luwes melangkah di Pemilu. Mereka tak ragu mengambil risiko atau ongkos politik, selama dalam perhitungannya akan mendatangkan keuntungan lebih besar.
Arief menilai Golkar berani tetap menjaga dan memupuk faksionalisme di internalnya di tengah risiko perpecahan tak berkesudahan yang bisa memporak-porandakan organisasi.
“Lalu, Golkar membuka diri kepada caleg-caleg terafiliasi dinasti politik di tengah sentimen negatif terhadap praktik politik dinasti, yang sekaligus sebetulnya berpeluang mengingatkan publik pada sejarahnya sebagai parpol Orde Baru,” kata Arief.
Pendekatan semacam itu, menurut Arief, sangat khas Golkar dan cukup mewakili sifat dasarnya sebagai parpol pragmatis.
Walaupun pada pemilu-pemilu sebelumnya di era reformasi, Golkar lebih berhati-hati memainkannya.