Pilpres 2019: Kader GPII Diminta Beri Contoh Bijak Bermedsos
jpnn.com, JAKARTA - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Arief Rosyid mengatakan, fenomena hoaks sudah sangat meresahkan menjelang Pilpres 2019.
Berkaca dari pengalamannya, Arief menyebut profesor juga menyebarkan hoaks.
"Sangat memprihatinkan. Profesor ini seorang dosen. Efeknya juga akan terasa sampai ke mahasiswanya,” kata Arief dalam diskusi bertema Konsekuensi Hukum & Dampak Negatif Kampanye Hitam di Media Sosial yang digelar Pimpinan Pusat Korps Mahasiswa Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP Kopma GPII) di Jakarta, Jumat (2/11).
Karena itu, dia meminta anggota GPII memberi contoh kepada masyarakat tentang etika menggunakan media sosial yang baik, terutama menjelang Pilpres 2019.
“Jika tak punya pengetahuan tentang suatu informasi, jangan pernah ikut menyebarkan sebelum melakukan cek dan tabayun,” tutur Arief.
Sementara itu, Ketua Kongres Advokasi Indonesia (KAI) Jakarta Ardy Mbalembout mengatakan, pandangan hukum pidana yang pada awalnya menjadi senjata pemungkas terakhir (ultimum remedium) dewasa ini telah berkembang dalam kampanye pemilihan umum sebagai senjata pilihan utama (primum remedium).
"Para pemilih harus mengamati mana yang ?ktif dan mana yang benar. Ini tentu juga merugikan publik karena publik berhak mendapatkan berita yang benar dan berdasarkan fakta. Mengumandangkan sebuah pesan yang tidak berdasar pada fakta adalah pelanggaran terhadap hak publik,” sebut Ardy.
Dia menambahkan, kampanye hitam berbeda dengan kampanye negatif. Menurut dia, kampanye negatif diperlukan untuk melihat rekam jejak seseorang secara keseluruhan.