Pilpres di Depan Mata, Muslim Prancis Terjepit di Antara Pilihan Pahit
Persepsi bahwa Macron telah mengadopsi kebijakan sayap kanan dalam ekonomi dan politik identitas, bahwa dia "presiden kaum berada" dan jauh dari rakyat akan mendorong sebagian orang untuk memilih Le Pen, dan sebagian lainnya tidak memberikan suara.
"Ada orang yang akan memilih dia (Le Pen) dan yang mengatakan demikian," kata Troadec.
Di sebuah masjid di Villeurbanne, kawasan multietnik di pinggiran kota Lyon, Hedi Baiben, mengatakan banyak jamaah merasa berat untuk memilih Macron, bahkan jika menurutnya pilihan yang masuk akal adalah memilih yang bukan sayap kanan.
"Sekarang ini sulit bagi jamaah masjid untuk memilih orang yang tidak mereka percaya," kata Baiben, anggota komunitas Muslim lokal sejak lama, sambil mengawasi kegiatan memasak hidangan buka puasa.
Imam masjid Villeurbanne, Azzedine Gaci, mengatakan dia dan tokoh-tokoh Muslim setempat meminta jamaah untuk mendukung Macron dalam pemilihan demi melindungi kebebasan beragama di Prancis.
Dia menggambarkan manifesto Le Pen sebagai "sebuah proyek yang menyerukan kebencian terhadap Muslim, penutupan masjid dan selalu berbicara tentang Muslim siang dan malam."
Suara bagi Macron bukan suara dukungan, kata dia, tapi cara mencegah sayap kanan berkuasa. (ant/dil/jpnn)