Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pisang Tak Laku, Ibu Ini Begadang Sampai Malam

Hidup sebatang kara, Anak meninggal, suami pergi

Senin, 26 September 2016 – 10:35 WIB
Pisang Tak Laku, Ibu Ini Begadang Sampai Malam - JPNN.COM
Demi mempertahankan hidup, Ibu ini menjajakan pisang hingga larut malam. FOTO: Lombok Post/JPNN.com

Wanita 55 tahun ini berasal dari Kateng, Praya Lombok Tengah. Ia menikah dengan suaminya yang berasal dari Lingkungan Karang Anyar Kelurahan Monjok.

Inaq Asiah hidup serba pas-pasan. Bahkan kerap kekurangan. Ia tinggal di sebuah rumah sangat sederhana. Untuk makan sehari-hari, ia harus ikut membantu suami banting tulang untuk mencari nafkah. Semua pekerjaan ia lakoni selama itu halal.

Selain berjualan pisang, ia kerap membantu suaminya berjualan sapu. Berkeliling tanpa lelah menyusuri semua jalanan di Kota Mataram. Mulai dari tengah hari hingga tengah malam. Meski terkadang sapu tersebut tak terjual sama sekali.

“Paginya saya jadi tukang sapu di Cemare. Mulai dari subuh sampai jam 10 pagi,” ujarnya. Guratan sedih terlihat jelas dalam kerutan wajahnya yang tebal.

Ia tak pernah mengeluh dengan kondisi ekonominya tersebut. Hanya saja, ia bersedih saat anak yang menjadi harapan pengubah nasib keluarganya telah pergi untuk selamanya. Tak ada lagi yang menjadi harapannya.

Kesedihan tersebut semakin bertambah. Sang suami pergi meninggalkan ia untuk selamanya sekitar dua bulan yang lalu. Tak ada lagi tempatnya bersandar. Tempat berbagi suka dan duka melewati hidup yang tak pernah berkecukupan.

Meski ia mendapatkan gaji dari pekerjaannya sebagai tukang sapu, namun gaji tersebut masih belum cukup. Ia tak bisa bergantung pada gaji itu saja. Terlebih lagi, ia kabarnya akan digantikan dengan tukang sapu baru yang masih muda.

Sebagai persiapan, ia mulai melanjutkan kembali usaha jualan sapu almarhum suaminya. Namun kondisi tubuhnya tak memungkinkan ia untuk berjalan terlalu jauh. Akhirnya ia pun memilih berjualan di pinggir jalan.

Hidup di kota besar tidaklah mudah. Untuk bertahan butuh perjuangan keras dan kegigihan. Terlebih lagi bagi seorang wanita tua seperti Inaq Asiah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News