Piter Abdullah: Unicorn Indonesia Harus Jeli Melakukan Inovasi
jpnn.com, JAKARTA - Startup unicorn di Indonesia diingatkan untuk mengambil pelajaran dari kasus WeWork, platform penyedia ruang kerja.
Ekonom Piter Abdullah mengatakan, mereka terus membakar uang untuk promosi, tetapi hasilnya tak berdampak positif.
Menurutnya, bukan hal yang salah untuk terus menurus berekspansi. Namun, unicorn harus juga lebih jeli dalam mengedepankan strategi inovasi dan keberlanjutan. Gonjang-ganjing OVO beberapa waktu lalu juga jadi pelajaran penting. Bakar uang untuk promosi tak bisa lagi diandalkan.
Apalagi, di tahun depan ekonomi global diprediksi akan semakin bergejolak dan volatile di tengah dampak perang dagang yang tak kunjung reda. Bahkan, jika tidak dibarengi kebijakan tepat, Indonesia bisa terkena dampaknya. Karena itu, perlu pendekatan dan inovasi dari para unicorn agar konsumen tetap loyal.
“Tahun depan memang besar kemungkinan ekonomi global melambat. Investor startup juga diperkirakan akan mengurangi bakar uang,” ujar Ekonom Piter Abdullah, Selasa (3/12).
Piter mengatakan, investor tidak akan selamanya bakar uang. Ada waktu mereka melambat dan kemudian berhenti bakar uang. Apalagi investor unicorn di Indonesia sudah cukup lama bakar uangnya. Kecuali, bila nanti ada unicorn baru dengan produk-produk baru, investor akan kembali bakar uang untuk promo.
Namun untuk unicorn yang sudah eksis, seperti Bukalapak, Tokopedia, OVO, dan lain-lain, strategi itu akan dikurangi. Karena itu, pengelolaan unicorn juga perlu profesional. Apalagi, para investor yang menanamkan duit, sudah mulai menyinggung soal laba dan keuntungan bisnis.
“Mereka tetap investor profesional. Tujuan mereka tetap laba. Cuma cara mencari laba nya yang tidak lagi sama dengan pendekatan bisnis konvensional dan mengambil lebih banyak lagi risiko. Unicorn sejatinya adalah bisnis inovasi, terlepas dari kondisi ekonomi,” tegas Piter yang juga Direktur Riset Core Indonesia.