Diperkirakan air yang memenuhi lautan Mars dan Bumi berasal dari dalam perut planet yang dikirim melalui komet dan sisa-sisa benda langit lainnya yang terjadi akibat pembentukan Tata Surya. Letusan gunung berapi kemudian memuntahkan uap air ke atmosfer planet.
Saat ini, pakar planet dan perbintangan telah memiliki gambaran seberapa banyak air yang pernah ada di Mars setelah memeriksa fitur-fitur seperti bentuk garis pantai kuno dan kedalaman cekungan.
Perhitungan yang dilakukan pada seluruh kandungan air dan es ketika Mars masih memiliki air - termasuk uap air di atmosfernya - lalu disebarkan secara merata ke seluruh permukaan planet, maka lautan di planet ini diperkirakan memiliki kedalaman antara 100 hingga 1.500 meter.
Jika perhitungan serupa dilakukan untuk saat ini, dimana sebagian besar air berbentuk es di kutub planet itu, maka kedalaman lautan hanya 20 hingga 40 meter.
Jadi kemana perginya sebagian besar air di planet tu?
Ada dua bagian penjelasan. Pertama, uap air di atmosfer bagian atas terpecah menjadi hidrogen dan oksigen, dan hidrogen yang lebih ringan terbawa ke luar angkasa.
Proses seperti itu terus berlangsung saat ini. Pesawat luar angkasa MAVEN dan Mars Express mengukur laju pelarian hidrogen, yang tampaknya berubah seiring musim dan badai debu.
"Dengan melihat kejadian ini, kita tentunya menyimpulkan pelarian unsur atmosfer ke luar angkasa merupakan penyebab menghilangnya air di sana," jelas Dr Eva.
Sekitar empat miliar tahun silam, Bumi dan Mars masih terbilang muda, panas dan basah
Sumber ABC IndonesiaSilakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News