Please, Jangan Percaya Kampanye Lingkungan Negara Barat soal Kelapa Sawit
jpnn.com - JAKARTA - Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Joko Supriyono mengungkapkan bahwa industri crude palm oil (CPO) Indonesia jadi sasaran kampanye negatif negara-negara barat. Padahal, industri kelapa sawit Indonesia meningkat pesat dalam 15 tahun belakangan ini.
Joko mengungkapkan hal itu dalam seminar bertema Strategi Memperkuat Positioning dan Image Industri Sawit Indonesia di Dunia Internasional yang diselenggarakan Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA-IPB), Selasa (6/12). Menurutnya, negara-negara barat memang getol mengampanyekan isu lingkungan dan deforestasi.
Namun, Joko menepis pandangan negatif itu. Menurutnya, industri kelapa sawit tak bisa serta-merta disalahkan soal deforestasi.
“Jika ada isu deforestasi, sebenarnya justru minyak kedelai yang membutuhkan pembukaan lahan paling besar. Jika dihitung-hitung mencapai 115 juta hektar pada 2025,” ujarnya.
Dia lantas membandingkannya dengan lahan kelapa sawit. “Hanya membutuhkan 15,2 juta hektar pada tahun yang sama. Artinya, justru kelapa sawit lah yang punya bargaining position untuk memenuhi kebutuhan dunia,” tegasnya.
Joko menambahkan, negara-negara barat memiliki kepentingan untuk melindungi komoditas nasionalnya. Sedangkan isu lingkungan dan deforestasi hanya menjadi dalih untuk menutupi agenda ekonomi negara-negara barat.
“Apabila Indonesia melakukan moratorium kelapa sawit, sudah pasti akan kehilangan market share di pasar global sehingga menguntungkan negara-negara penghasil kedelai dan kanola. Sedangkan kelapa sawit hanya ada di negara tropis. Negara barat tidak bisa menghasilkan itu,” tegasnya.
Lebih dari itu, katanya, kampanye negatif tentang kelapa sawit Indonesia sudah masuk ke dalam supply chain CPO. Menurut Joko, banyak lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menyerang pembeli produk dengan brand global yang dikenal publik.