PLN Bangun 3 PLTU dan 2500 Tower
Jumat, 22 Maret 2013 – 04:15 WIB
Sebagai contoh, pada Aktober 2011 hingga April 2012, praktis tidak bisa bekerja sama sekali. Pasalnya, warga melarang pekerja untuk mengambil pasir di suangai dengan berbagai alasan, yang kadang-kadang diluar akal yang sehat. Misalnya, warga Desa Buntoi, Kecamatakan Kahayan Hilir, melarang untuk menyedot pasir untuk pendalaman kolam termaga, dengan alasan takut kalau airnya jadi asin, karena pasir diambil. Juga takut, kalau pasir itu disedot akan menyebabkan ikan jadi mati, dan lain-lainnya.
Untuk menguruk lokasi tersebut, PLN membeli pasir dari masyarakat Minting yang jaraknya sekitar tiga kilometer dari lokasi. Sekitar 40 perahu kecil mengakut pasir setiap hari. Karena hanya mengandalkan perahu kesil itu, akhirnya menghabiskan waktu 9 bulan. Padahal, kalau menggunakan mesin pompa hanya menghabiskan waktu dua bulan. "Sekali jalan, mereka hanya bisa angkut sekitar 60 m3. Padahal yang diuruk 30 hektare," cerita Manager Unit Pelaksana, Kontruksi (UPK) Kitring Kalteng, Sumardji Yono.
Belum lagi dengan kondisi tanah rawa yang bergabus itu. Karena tanahnya yang tak labil ini, untuk tiang pancang saja, kedalamannya mencapai 45 meter. Itu pun tingkat kepadatannya baru medium. Bila lebih dalam tanahnya campur lumpur. Lantas untuk mengukur beban tiang pencang, dengan beban satuan 130 ton, kemarin tengah diberi beban 400 ton. Bila tes secara menual itu berhasil akan dijadikan sebagai barometer pemasangan tiang pancang PLTU yang merupakan percepatan 10000 MG yang dicanangkan presiden ketika Jusuf Kalla masih menjadi wakilnya .