Pola Tidur Manusia Modern Mungkin Masih Sama Dengan Manusia Purbakala
Ini bisa menunjukkan sebagai, "pola dasar kebiasaan tidur orang-orang di era pra-modern, atau di jaman Homo Sapiens," kata Dr Siegel.
"Hal ini memiliki implikasi penting bagi pemikirian sebelumnya, jika kita perlu menelan pil tidur karena tidur telah berkurang, karena meningkatnya penggunaan listrik, TV, internet, dan sebagainya."
Dr Siegel mengatakan dari analisis soal tidur pula diketahui jika suhu udara lebih memerangkan peranan penting, ketimbang faktor cahaya.
"Tidur itu terjadi saat periode terdingin dari malam dan saat suhu udara menurun antara matahari terbenam dan matahari terbit," ujarnya.
"Ketika suhu mencapai minimum, biasanya manusia bangun, dan ini adalah saat mendekati matahari terbit," jelas Dr Siegel.
Penemuan soal peranan suhu udara ini bisa terus dikembangkan untuk menghemat energi, dengan mengurangi perbedaan antara suhu tubuh dan lingkungan dan melihat konsekuensi dari panas yang hilang.
Dr Siegel juga menambahkan jika studi soal suhu udara ini dapat digunakan untuk mengobati insomnia dan gangguan tidur lainnya.
Sementara itu, presiden dari Asosiasi Studi Tidur di Australia, Nick Antic mengatakan para peneliti telah melakukan pendekatan yang menarik. Tapi ia masih mempertanyakan kesimpulan dari studi yang ada.
"Untuk membandingkannya secara langsung dengan warga yang hidup di negara-negara barat masih merupakan sesuatu yang besar," katanya.
Profesor Antic mengatakan setiap usia memiliki waktu tidur yang berbeda-beda. Yayasan yang meneliti tidur di Amerika Serikat misalnya, menyebutkan mereka yang berusia 18 hingga 25 tahun membutuhkan waktu tidur tujuh sampai sembilan jam.
"Para peneliti tidak menunjukkan apakah mereka [orang-orang dari kelompol tradisional] memiliki kinerja yang baik, sehingga kita tidak tahu apakah tidur [mereka] cukup untuk dapat tampil optimal," dia berkata.