Polemik Ijen, Begini Penjelasan Menpar dan Menteri LHK
jpnn.com, BANYUWANGI - Simpang siur seputar informasi pembangunan fisik di puncak Ijen, Banyuwangi sampai juga ke Menteri Pariwisata Arief Yahya. Apalagi siulan-siulan netizen di media sosial sudah sedemikian kencang, lebih banyak yang kontra daripada yang setuju.
“Beberapa pertanyaan media yang sampai di handphone saya, langsung saya forward ke Bu Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang punya kawasan itu. Dan beliau langsung merespons cepat, terima kasih Ibu Menteri LHK, ini sangat membantu netizen yang ingin tahu,” ujar Menpar RI Arief Yahya seperti dilansir dalam siaran pers Humas Kemenpar, Minggu (12/11).
Arief Yahya yang asli Banyuwangi itu, kebetulan menghadiri pagelaran Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), Sabtu 11 November 2017 lalu. Ada beberapa pejelasan Menteri Arief kepada wartawan di Pendopo Kabupaten Banyuwangi. Pertama, apa yang dibangun yaitu pagar, musala dan toilet, sangat dibutuhkan oleh wisatawan.
Kedua, kata Arief Yahya, lokasi bangunan musala dan toilet tidak pada lokasi yang biasa untuk melihat pemandangan dan bukan di jalur pendakian. “Mungkin ini yang perlu disosialisasikan agar tidak menimbulkan aneka praduga,” sebut Arief Yahya dengan nada datar.
Lalu apa penjelasan MenLHK Siti Nurbaya yang dikirim ke Menpar Arief? Ini dia pointersnya:
Konstruksi dibangun dengan berbagai pertimbangan:
1. Karena lebar bibir kawah ijen hanya 2m, dengan kanan kiri kawah dan jurang sebingga perlu diantisipasi dengan pagar pengaman. Pagar dibangun dengan struktur menyerupai kayu sehingga menyatu dengan alam.
2. Pagar juga sudah ada sebelumnya dan sangat tidak aman. Pagar akan membatasi pengunjung dari kawah, karena pengunjung dilarang untuk turun ke kawah dan selama ini tidak ada pembatas meski ada papan larangan.