Polip 2 T
Perkiraan saya: anak-anak Aki lantas mulai mengurus harta itu. Namun, masalahnya tidak sederhana. Lalu enam anak Aki menyerah. Ruwet. Tidak mau lagi mengurusnya.
Tinggal Heryanty sendiri yang masih bersemangat. Biar pun perlu biaya mahal.
Biaya itu bukan untuk nyogok. Tidak ada budaya sogok di Singapura.
Namun, Heryanti harus menyewa pengacara. Yang biayanya dihitung berdasarkan jam itu. Mereka senang saja Anda minta pandangan sebanyak-banyaknya dari pengacara. Kian lama kian baik –argometernya jalan terus.
Penjelasan pengacara itu bisa saja kian membuat Heryanti punya harapan besar. Lalu diuruslah bersama pengacara itu: argometer jalan terus.
Perkiraan saya: Heryanty kecewa dengan pengacara yang pertama. Lalu kenal pengacara lainnya. Yang memberi harapan lebih besar. Heryanty pun ganti pengacara. Harus diskusi lagi dengan pengacara baru berjam-jam –argometer jalan terus.
Saya tidak berani memperkirakan apakah Heryanty juga kecewa dengan pengacara kedua. Sehingga harus mencari pengacara ketiga dan seterusnya.
Yang jelas nasib Heryanty berakhir di kantor polisi, Senin siang lalu. Dia dinyatakan sebagai tersangka. Saya tidak tahu yang mana yang dianggap kriminal. Apakah orang mau menyumbang, lalu tidak jadi menyumbang itu perbuatan pidana?