Politik AS Masih Panas, Presiden Trump Dapat Julukan Teroris Domestik
Menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden tanggal 20 Januari mendatang, situasi politik di Amerika Serikat masih dalam keadaan tidak menentu, setelah sebelumnya terjadi kerusuhan di Gedung Capitol di Washington DC, pekan lalu.
- FBI mengatakan akan ada "unjuk rasa bersenjata" pada akhir pekan di Washington DC dan 50 negara bagian lainnya
- Beberapa perusahaan besar menghentikan sumbangan kepada anggota Partai Republik yang mendukung Trump
- Seorang anggota Kongres dinyatakan positif COVID-19 setelah kerusuhan di Gedung Capitol
Badan Penyelidik Federal (FBI) mengatakan ada rencana 'unjuk rasa bersenjata' yang akan dilakukan di ibukota Washington DC dan di 50 ibukota negara bagian di akhir pekan.
Menurut laporan media Amerika Serikat, yakni ABC News, sebuah kelompok bersenjata mengatakan berencana mendatangi Washington tanggal 16 Januari dan berencana melakukan "pemberontakan bersenjata" bila ada usaha untuk melengserkan Donald Trump dari jabatannya sekarang.
Sementara itu di Gedung Capitol, para anggota parlemen dari Partai Demokrat mulai berusaha melengserkan Presiden Trump dengan pengajuan satu pasal yang menuduhnya melakukan penghasutan yang menyebabkan kerusuhan di simbol demokrasi Amerika Serikat.
Anggota Demokrat yang sekarang menguasai mayoritas Majelis Rendah (DPR) diperkirakan akan melakukan pemungutan suara hari Rabu.
Bila disetujui maka Presiden Trump akan menjadi presiden pertama dalam sejarah Amerika Serikat yang berusaha dilengserkan untuk kedua kalinya.
Bulan Desember 2019, Demokrat juga mengajukan pasal pelengseran terhadap Trump dengan tuduhan menekan Ukraina untuk menyelidiki Joe Biden, namun di tingkat Senat, anggota partai Republik tidak mendukung usaha pelengseran tersebut.