Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Polling Capres di Twitter Perlu Diragukan, Ini Sebabnya

Senin, 13 Agustus 2018 – 12:10 WIB
Polling Capres di Twitter Perlu Diragukan, Ini Sebabnya - JPNN.COM
Emrus Sihombing. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Media sosial Twitter tengah disemarakkan polling atau jajak pendapat tentang pasangan calon presiden-calon wakil presiden. Berdasar polling yang digelar sejumlah pengguna situs microblogging itu, duet Prabowo Subianto - Sandiaga S Uno terlihat mengungguli Joko Widodo - KH Ma’ruf Amin.

Menurut pengamat politik Emrus Sihombing, polling di Twitter merupakan keniscayaan di alam demokrasi. Namun, Emrus menyebut polling di Twitter tidak bisa dipertanggungjawabkan secara metodologi.

Akademisi Universitas Pelita Harapan (UPH) itu mengatakan, dalam survei yang baku ada penarikan sampel yang tidak bisa dilakukan asal-asalan. Sedangkan di Twitter, setiap pemilik akun bisa menyampaikan pilihannya.

“Artinya hasil itu tidak berlaku terhadap seluruh masyarakat Indonesia yang punya hak pilih. Tegasnya tidak bisa digeneralisasi ke populasi,” kata Emrus kepada JPNN.com, Senin (13/8). 

Emrus justru mengapresiasi pemberitaan-pemberitaan yang menyebut polling ini bukanlah hasil akhir. Sebab, hasil sebenarnya adalah hasil real count usai pemungutan suara.

Oleh karena itu Emrus mendorong adanya polling yang lebih objektif yang merepresentasikan populasi atau dengan metode probability sampling. Dia menambahkan, jajak pendapat itu harus  dilakukan oleh lembaga survei yang bukan konsultan politik.

Jadi, kata dia, lembaga itu harus fokus pada survei saja tanpa menjadi konsultas politik. Menurut Emrus, survei yang objektif itu bisa dilakukan lembaga perguruan tinggi kredibel dan memiliki keahlian di bidang penelitian dan pengembangan (litbang).

“Saya kira itu lebih mendekati kebenaran dengan menggunakan metode yang sangat bagus, probability sampling atau memberikan kesempatan sama semua unsur populasi,” pungkasnya.(boy/jpnn)

Pengamat politik Emrus Sihombing mengatakan, penarikan sampel dalam survei tidak bisa dilakukan secara asal-asalan seperti halnya polling di Twitter.

Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News