Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Poros Baru, Poros Indonesia Raya, Poros Apapun Namanya...

Kamis, 24 April 2014 – 13:04 WIB
Poros Baru, Poros Indonesia Raya, Poros Apapun Namanya... - JPNN.COM
Anggota Wantim Partai Golkar Mahadi Sinambela memberikan penjelasan pada acara Focus Group JPNN-Indopos mengenai Persaingan Menuju Istana Poros Nasionalis Vs Islam : Mitos atau Realita?, di Resto Meal & Meet, Jln Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta, Rabu (23/4). Foto: Ricardo/JPNN.com

Dan Minggu, 27 April 2014, konvensi digulirkan lagi di Sahid Jaya Hotel, Sudirman. ”Semua masih cair, masih bisa disambung- sambungkan. Masih bisa diutak-atik gathuk. Masih guyon, tetapi siapa tahu guyon pun bisa nyantol?,” paparnya. Wakil Ketua Umum DPP PAN Dr. Ir. Dradjad Hari Wibowo, M.Ec juga cukup transparan menyebut partainya juga sedang mempertimbangkan koalisi.

Istilah koalisi Indonesia Raya itu menurut dia ber asal dari Mantan Ketua Umum DPP PAN Amien Rais, yang sering mengeluarkan kosa kata yang aneh-aneh dan menjadi trending topic. ”Sudah ada pembicaraan dengan elite-elite partai, maksudnya Ketua-Ketua Partai. Sudah mengerucut. Tunggu tanggal mainnya, 9 Mei, setelah modal dasar dari masing-masing partai,” kata ekonom INDEF ini.

:vid="11411"

Istilah poros itu sendiri substansinya adalah gabungan beberapa parpol yang memiliki tujuan yang sama. Semula mau di sebut Poros Merah Putih, Poros Indonesia Jaya, atau Poros Tengah. Dia mengakui, sudah beberapa kali bertemu dengan ormasormas Islam, diantaranya NU dan Muhammadiyah, untuk menggagas poros baru yang berbasis massa Islam itu.

Hampir semuanya, dasarnya sama, Pancasila. Jadi sudah pasti nasionalis. ”Kami –bersama Amien Rais—itu diundang oleh ormas Islam. PKB dan PKS juga diundang. Bukan hanya membahas pilpres saja, tetapi agenda pasca-pilpres. Di Senayan, agendanya jauh lebih penting dibandingkan pilpres,” ungkapnya.

Poros baru kali ini, memang tidak sama dengan Poros Tengah zaman tahun 1999 lalu. Po ros banyak parpol itu berhasil menaikkan Gus Dur menjadi presiden, melawan PDIP yang kuat. ”Tetapi saat ini petanya ber ubah, sulit seperti 99 itu, pemilihan juga langsung. Yang paling bisa adalah, partai berbasis massa Islam ini bergabung dan membentuk koalisi baru.

Ini momentum, yang masuk akal,” jelasnya. Soal momentum itu, tokoh muda PKS H Fahri Hamzah SE ini sependapat. Harus ada tokoh alternatif yang mewakili poros baru itu. Ketika di sebelah kiri ada Jokowi, di sebelah kanan ada Prabowo yang mengerucut, harus ada alternatif yang tidak terwakili oleh kedua sosok tersebut. Dia menyebut, Dahlan Iskan mi salnya.

”Masih cukup waktu!” kata pria kelahiran Sum bawa, NTB, 10 Oktober 1971 ini. Fahri masih menyesalkan sistem pemilu langsung 9 April lalu. Dia menyebut itu pileg yang paling sadis. Dia memprediksikan, di Pilpres nanti akan semakin sadis dan brutal. Siapa yang memiliki capital yang besar, dialah yang berpotensi menguasai suara. Dia sangat cemas dengan iklim berpolitik di negeri ini, yang mengedepankan rasa dan mengesampingkan nalar.

HASIL hitung cepat Pileg 9 April 2014 makin menarik dijadikan bahan simulasi koalisi parpol. Ibarat main kartu, semua berpotensi memainkan truf.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close