Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Potensi Tenun Ikat di NTT Rp 4,6 M Per Bulan

Selasa, 14 Juni 2016 – 02:28 WIB
Potensi Tenun Ikat di NTT Rp 4,6 M Per Bulan - JPNN.COM
ILUSTRASI. FOTO: Blogspot @Kain Tenun Sumba

jpnn.com - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat kaya akan kerajinan tenun tradisional, ikat, songket (lotis), sulam (buna), yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Jumlah pengrajin pun tidak sedikit, yakni mencapai 42 ribu orang.

Tenun ikat NTT merupakan kekayaan turun-temurun bernilai tinggi, karena dibuat secara manual. Bernilai tinggi, juga karena desain motif mengandung makna simbolis, filosofis, spiritual dan mistis.
Selain itu juga karena bagian dari panggilan perempuan sebagai penenun kehidupan dalam sosial ekonomi dan budaya individu, keluarga serta suku.

Demikian diungkapkan Ketua Dekranasda Provinsi NTT, Lucia Adinda Lebu Raya kepada Timor Express (JPNN Group), Sabtu (11/6).

Lucia yang juga istri Gubernur NTT itu menuturkan, tenun ikat NTT semakin digemari oleh banyak kalangan, baik lokal, nasional, maupun internasional. Digunakan untuk berbagai kebutuhan mulai dari fashion, dekorasi, interior, aksesoris seperti tas, dompet, sepatu dan perhiasan.

Tenun ikat NTT misalnya, motif Sumba sudah didaftarkan ke Unesco sebagai kekayaan milik Indonesia.

Dalam perjalanannya, Dekranasda melihat adanya potensi besar. Lalu, bagaimana tenun ikat dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga perajin? Tentu, lanjut Lucia, ini menjadi tantangan bagi semua perajin, pecinta, pembina dan pemerhati tenun ikat. Selama ini tenun ikat sudah menjadi salah satu sumber penting untuk menutupi kebutuhan hidup di sebagian besar kehidupan rumah tangga masyarakat NTT terutama di pedesaan.

Tenun kaum perempuan peningkatan ekonomi karena adanya keuntungan dari nilai tambah produk tenun ikat sebagian besar dinikmati oleh pedagang dan produsen produk berbahan tenun ikat NTT.

"Omzet usaha produksi yang secara umum mencapai rata-rata Rp 4,6 miliar per bulan di tingkkat perajin. Akan menghasilkan omzet berlipat ganda di tingkat pedagang dan produsen berbahan tenun ikat NTT,” ungkapnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News