Prajurit TNI Bertugas di Daerah Sunyi, Ada Kejadian Aneh
jpnn.com - Personel satuan tugas pengamanan perbatasan (Satgas Pamtas) TNI Angkatan Darat (AD) yang ditempatkan di perbatasan RI-Malaysia, menghadapi tantangan berat. Tanpa sinyal. Tanpa permukiman. Hanya bertemu wajah-wajah yang sama.
ULIL MUAWANAH - Balikpapan
SETELAH sepuluh bulan bertugas, 700 prajurit gabungan dari Yonif 621/Manuntung yang merupakan unit Kodam VI/Mulawarman, dan Yonif 141/Aneka Yudha Jaya Prakosa dari Kodam II/Sriwijaya, Palembang, kembali merasakan hiruk-pikuk kota. Garis senyum membingkai sudut wajah barisan pria berbaju loreng di Pelabuhan Semayang, Balikpapan, pekan lalu.
Rindu bersua dan bertemu anak-istri di rumah. Seperti yang dirasakan Komandan Pos Long Latang Letda Inf Bambang Suseno.
“Punya HP (handphone) canggih dan mahal percuma, di sana (Pos Long Latang) tidak ada sinyal. Sinyal aja enggak ada, bagaimana manusia. Hutan semua,” tuturnya sembari tersenyum saat berbincang-bincang dengan awak Kaltim Post (Jawa Pos Group). Pos Long Latang yang ditempati berada di daerah Malinau, Kaltara.
Dihuni bersama 15 orang lainnya, sehari-hari para prajurit bergantung dengan solar cell untuk mengisi baterai ponsel. HP, hanya itu hiburan mereka. Kondisi air bersih sulit. Air yang mengalir dari keran berwarna keruh, itu pun hanya berupa tetesan. Sehingga mereka mengandalkan air hujan yang jarang turun.
“Kami berpatroli dengan berjalan kaki, 2 sampai 3 minggu baru kembali ke pos. Tidak ada aktivitas lain selain beristirahat saat sampai di pos. Di sana sangat sunyi dan senyap,” ujar anggota Yonif 141/Aneka Yudha Jaya Prakosa ini.
Peristiwa tragis jatuhnya helikopter Mi-17 pada 9 November 2013 lalu, yang menewaskan 13 orang terdiri dari prajurit dan sipil masih membekas hingga kini. Belum lagi lokasi kejadian berjarak kurang-lebih 200 meter dari pos pengaman perbatasan RI - Malaysia di Long Bulan, Kecamatan Long Pujungan, Malinau, Kaltara.