Praktis, Ridwan Tak Perlu Lagi Digendong Masuk Mobil
Tidak heran bila Ridwan sangat mengapresiasi peluncuran armada taksi khusus yang merupakan program corporate social responsibility (CSR) Blue Bird tersebut. Sebab, dia merasa terbantu untuk mobilitas aktivitas kesehariannya.
’’Teman-teman saya yang disabled juga merasa senang. Banyak yang penasaran ingin mencoba. Dengan desain jok khusus, kami bisa makin mandiri, tidak harus ditemani saat bepergian,’’ ujar Ridwan yang harus rela berada di kursi roda setelah terjatuh dari pohon kelapa setinggi 7 meter pada 1999.
Ridwan yang turut mendirikan Jakarta Barrier Free Tourism (JBFT) bersama rekannya, Faisal Rusdi dan Cucu Saidah, kerap menyoroti fasilitas publik yang belum ramah terhadap kaum disabled.
’’Jangankan daerah, ibu kota saja masih belum accessible untuk kami bepergian sendiri. Baik fasilitas di jalan raya, seperti trotoar dan sarana transportasi, maupun desain kantor atau mal yang sulit dilalui kursi roda. Mau tidak mau, kami harus didampingi orang lain untuk membantu mobilitas kami,’’ urai alumnus SMKN 1 Cirebon itu.
Ridwan membandingkan dengan fasilitas publik di kota-kota besar negara lain yang sudah accessible untuk semua masyarakat, termasuk yang berkebutuhan khusus. Sarana transportasi di Taiwan, misalnya. Ridwan pernah mengunjungi negara tersebut saat mengikuti ITF Tennis Wheelchair Taiwan Open pada 2007. Di sana dia dijemput dengan taksi van yang pintu belakangnya dilengkapi lift untuk menaikkan pengguna kursi roda ke mobil. Bus-busnya juga dilengkapi ramp portabel. Ketika bus berhenti untuk mengangkut penumpang, driver turun dan memasang ramp portabel sebagai akses naik bagi pengguna kursi roda.
’’Saya rasa itu bisa diterapkan di Indonesia,’’ ucapnya. ’’Setidaknya, adanya taksi Lifecare ini semoga bisa menjadi contoh untuk yang lain. Termasuk pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat disabled dengan menyediakan sarana transportasi yang mudah diakses orang-orang seperti kami,’’ lanjut Ridwan.
Saat di-launching Rabu lalu (10/9), armada taksi khusus itu baru lima unit. Meski menggunakan tipe mobil yang di atas standar taksi pada umumnya, yaitu Nissan Serena, argo tetap dipatok sesuai dengan tarif normal. Sebagai permulaan, lima armada taksi tersebut stand by di beberapa rumah sakit di Jakarta. Selain taksi mangkal di rumah sakit, penumpang bisa memesan melalui telepon seluler maupun mobile reservation.
’’Selain masyarakat disabled, taksi ini bisa dimanfaatkan untuk pasien rumah sakit, ibu melahirkan, atau para lansia sebagai pilihan sarana transportasi yang memahami kebutuhan mereka. Tidak untuk menggantikan fungsi ambulans, tetapi sebagai alat transportasi umum,’’ papar Teguh Wijayanto, kepala Humas Blue Bird Group.