Praktisi Pendidikan Ragukan Survei yang Sebut Minat Baca Orang Indonesia di Atas Negara Maju
jpnn.com, JAKARTA - Praktisi pendidikan Indra Charismiadji meragukan hasil survei World Reading Habits 2018. Survei tersebut menunjukkan minat baca orang Indonesia di atas negara maju. Menurut dia, survei itu cuma menghitung responden yang membaca di dalam perpustakaan.
Berbeda dengan negara maju seperti Eropa dan Amerika. Mereka gemar membaca bukan lagi sebatas slogan, melainkan sudah dipraktikkan dalam bentuk kebiasaan.
"Surveinya itu bukan gemar membacanya, tapi membaca di dalam perpustakaan. Karena negara maju tersebut gemar membacanya lebih dari kita, tapi karena sudah era digital mereka tidak lagi berpatokan pada kertas, tapi pada e-book," kata Indra, Rabu (4/9).
BACA JUGA: Ketua BMI Dukung Pemkab PALI Tingkatkan Minat Baca Masyarakat
Dia menyebutkan, masyarakat di negara maju lebih lama membaca. Perpustakaan daerah penuh dengan orang. Mereka, kalau butuh hiburan, membaca. Sudah habit. Cara mereka belajar juga beda.
Berbeda dengan Indonesia yang masyarakatnya lebih senang mendapatkan informasi singkat di medsos. Mereka lemah dari sisi literasi karena malas membaca buku atau tulisan panjang.
Rendahnya literasi juga dilihat dari siswa-siswi. Siswa Indonesia baru sekadar bisa membaca tapi masih kesulitan dalam memahami apa arti dari bacaan yang dibacanya tersebut.
Indra mengungkapkan, hasil dari penilaian yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yakni "Indonesian National Assesment Programme", hanya 6,06 persen siswa di Tanah Air yang memiliki kemampuan membaca yang baik. Sisanya yakni 47,11 persen cukup dan 46,83 persen lagi memiliki kemampuan membaca yang kurang.