Prediksi Neta IPW tentang Jumlah Massa Reuni 212
Ketiga, tambah Neta, jika Reuni 212 itu didominasi kalangan radikal, Prabowo akan dicap sebagai figur pemimpin radikal dan bukan mustahil para pendukungnya akan meninggalkannya atau takut memilihnya di Pilpres 2019.
"Keempat, jika terjadi kericuhan dalam acara Reuni 212, publik akan menuding bagaimana Prabowo bisa memimpin negeri ini wong memimpin reuni saja ricuh," paparnya.
Karena itu IPW berharap, Prabowo - Sandi tidak perlu hadir dalam acara Reuni 212. Kasus Ratna Sarumpaet harus jadi pelajaran penting bagi Prabowo. "Kasus Ratna menunjukkan betapa lemahnya tim sukses dan tim intelijen Prabowo dalam menyikapi sebuah keadaan," jelasnya.
Menurut dia, kasus Ratna juga menunjukkan betapa emosionalnya Prabowo dalam menanggapi sebuah isu dan situasi. "Semua itu membuat pasangan Prabowo-Sandi menjadi blunder, kedodoran dan terlihat tidak profesional," ungkapnya.
Terlepas dari semua itu, Neta mengatakan bahwa sebagai pasangan capres-cawapres di Pilpres 2019, Prabowo - Sandi harus bisa menjadi pionir dalam menjaga keamanan dan situasi Jakarta yang kondusif.
Figur jenderalnya harus identik sebagai figur pencipta keamanan. Jika Prabowo-Sandi kembali bersikap blunder, salah perhitungan dan larut dalam belenggu elite-elite yang radikal, masyarakat akan takut memilihnya di Pilpres 2019.
"Apalagi cap sebagai figur "yang kalah" dan orba masih menancap dalam figurnya. Prabowo-Sandi memang harus cermat jika tidak mau kembali keok di Pilpres 2019," pungkas Neta. (boy/jpnn)