Prediksikan Golkar Main Dua Kaki di Pilpres
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai Partai Golkar akan bermain di dua kaki pada pemilu presiden (pilpres) nanti. Sebab, Golkar sejak awal berdirinya memang tak bisa lepas dari kekuasaan.
Penilaian Hendri itu menyusul pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tanjung yang mengaku siap menjadi calon wakil presiden bagi capres di luar partai berlambang beringin hitam itu. "Akbar Tanjung menyatakan kesiapannya menjadi cawapres dapat diduga adalah bentuk politik dua kaki Golkar. Para tokoh Golkar sejak awal disiapkan untuk berada di lingkaran kekuasaan. Sebelumnya, ada Jusuf Kalla yang digadang,” kata Hendri, Selasa (8/4).
Menurutnya, bila mengamati hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Senin (7/4), kemungkinan besar partai yang akan berada di posisi teratas adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Golkar.
”Meski hasil survei selama ini menunjukkan bahwa PDIP selalu di posisi puncak, itu pun belum dapat dipastikan karena bisa disusul oleh Golkar. Sementara yang berada di posisi ketiga dan keempat adalah Partai Demokrat dan Gerindra. Ini artinya, Golkar bisa mencalonkan ARB, namun bila internal berkata lain maka figur cawapres untuk berkoalisi sudah disiapkan,” papar Hendri.
Bila ternyata Golkar juga mengevaluasi pencapresan Aburizal Bakrie, lanjut Hendri, maka Golkar tentu akan menyiapkan Jusuf Kalla atau Akbar Tanjung sebagai cawapres yang bakal ditawarkan ke partai lain. Karenanya Hendri menganggap pernyataan Akbar yang bersedia jadi cawapres bukan hal istimewa.
”Tidak ada yang istimewa dengan pernyataan kesiapan Akbar Tanjung menjadi cawapres. Yang jadi pertanyaan sekarang, mengapa partai seperti PKS, PKB, PAN, PPP, dan yang lain belum bergerak sama sekali. Tapi bisa jadi, setelah Akbar Tanjung, mereka juga akan mulai bergerak,” ujarnya.
Hendri juga menilai adanya faksi-faksi di dalam tubuh Golkar bukan hal aneh. Sebab, sejak dulu Golkar memang terlihat seperti ada kubu di antara mereka.
"Contohnya ketika Wiranto menang konvensi Golkar, dia menjadi capres tahun 2004, di sisi lain ada Jusuf Kalla yang menjadi cawapres mendampingi SBY. Mereka selalu seperti itu.” jelas Hendri.(boy/jpnn)