Premium Friday, Cara Jepang Mencegah Depresi Pekerjaan
Selain kantor pemerintah, sedikitnya 130 perusahaan besar di Jepang ikut berpartisipasi pada Jumat lalu. Di antaranya, Suntory Holdings Ltd, Morinaga and Company, Honda Motor Co Ltd, SoftBank Group, Mitsubishi Motors Corp, Sumitomo Corp, dan Shimizu Corp. Semuanya antusias mendukung program pemerintah yang diyakini bakal menumbuhkan konsumsi masyarakat dan meningkatkan GDP itu.
Karena Abe berpesan agar pihak swasta berperan aktif dalam mewujudkan Premium Friday, perusahaan-perusahaan besar Jepang menawarkan berbagai iming-iming agar karyawan mau pulang cepat. Mulai uang saku akhir pekan hingga tiket perjalanan gratis. Besaran uang saku tersebut beragam, mulai 3.200 yen atau sekitar Rp 381 ribu untuk tiap karyawan.
’’Kini, jam kerja yang terlalu lama berubah menjadi sebuah masalah besar,’’ jelas Etsuko Tsugihara, kepala humas Sunny Side Up Inc. Jumat lalu, perusahaan tersebut juga menerapkan Premium Friday dan mengusir seluruh staf kantor begitu jam dinding menunjukkan pukul 15.00 waktu setempat. Mereka yang patuh pun berhak atas uang saku 3.200 yen.
’’Dalam bidang industri kreatif seperti kami, inspirasi tidak hanya datang saat berada di kantor. Biasanya, ide justru muncul saat bersantai, bepergian, menghirup udara segar, atau beristirahat. Yang paling penting, setelah menikmati libur akhir pekan yang berkualitas, Anda akan kembali bekerja dengan semangat kerja tinggi pada awal pekan,’’ ungkap Tsugihara.
Reformasi jam kerja ala Abe itu memang terlihat menyenangkan. Bahkan sangat menggembirakan karyawan. Sebab, mereka tidak hanya meninggalkan rutinitas lebih cepat, namun juga mendapatkan uang saku dan berbagai keuntungan lain. Dengan begitu, saat kantor-kantor mulai lengang menjelang sore, distrik komersial dan pusat perbelanjaan kebanjiran pengunjung pada Jumat lalu.
Karyawan memanfaatkan uang saku dari kantor dan juga beragam diskon yang ditawarkan department store. Mereka pun berbelanja dengan senang hati. ’’Tujuan pemerintah memang menggairahkan kembali transaksi belanja. Sebab, belakangan, masyarakat terlalu sibuk bekerja dan tidak sempat berbelanja,’’ ucap Masanao Ueda, salah seorang petinggi Keidanren.
Pemerintah berharap geliat konsumsi masyarakat akan membuat perekonomian kembali bergairah. Dengan demikian, produk domestik bruto (PDB) alias gross domestic product (GDP) meningkat. Sementara itu, kebahagiaan akhir pekan akan berkontribusi positif pada kinerja buruh dan karyawan sehingga produktivitas perusahaan pun meningkat.
Namun, segala harapan tersebut tidak akan langsung terwujud dengan satu atau dua kali Premium Friday saja. Yoko Ishikura, pakar budaya kerja masyarakat dari Hitotsubashi University, menuturkan bahwa perubahan yang Abe gagas itu membutuhkan kesinambungan dan dukungan penuh dari semua pihak. ’’Yang kami butuhkan adalah inovasi dan peningkatan produksi,’’ ujarnya. (reuters/japantimes/theguardian/hep/c23/any)