Presiden Bongbong
Oleh: Dhimam Abror DjuraidGenerasi muda Filipina masa kini tidak mengalami kesengsaraan era Marcos yang otoriter. Bongbong Marcos lebih serius berkampanye di media sosial atau medsos ketimbang ikut debat calon presiden untuk mengadu gagasan.
Namun, keberhasilan kampanye di medsos itulah yang sukses menarik suara milenial. Bongbong pun memenangi pemilihan umum.
Di Indonesia, banyak pemilih mudanya yang lahir setelah reformasi pada 1998 sehingga tidak merasakan dampak pemerintahan Soeharto yang otoriter. Ada paralelisme dalam pemilu presiden Filipina tahun ini dengan Pilpres 2024 di Indonesia.
Sebuah artikel di The Washington Post menyebut fenomena Bongbong mirip dengan kemunculan Prabowo Subianto di Indonesia. Keduanya dianggap mempunyai warisan kepemimpinan orang tuanya dan metuanya yang otoriter.
Jika Prabowo bisa menang pada Pilpres 2024, hal itu dianggap sebagai fenomena yang sama dengan kemenangan Bongbong di Filipina sekarang ini. (***)