Presiden Perancis Desak AS Klarifikasi Aksi Spionase
jpnn.com - NEWYORK--Presiden Perancis Hollande mendesak Presiden AS Barack Obama memberikan penjelasan atas terbongkarnya skandal spionase yang melibatkan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) atas Kedutaan Perancis di Washington.
"Saya katakan lagi kepada John Kerry apa yang Francois Hollande sampaikan kepada Barack Obama, bahwa perilaku spionase dalam skala besar yang dilakukan Amerika kepada sekutunya adalah sesuatu yang tidak bisa diterima," ujar Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius, seperti dilansir BBC (22/10).
Merujuk terbitan koran Le Monde, Badan Keamanan Nasional AS (NSA) telah menyadap diplomat Prancis di Washington dan PBB. Memo internal NSA mengungkap bahwa spionase AS terhadap Prancis menggunakan program pengintaian canggih, diberi nama Genie.
Program pengintaian yang berlangsung pada 2011 ini memakan biaya sebesar USD 652 juta, dan digunakan untuk memasang peralatan mata-mata guna menyadap diplomat Perancis. Sekitar puluhan juta komputer dilaporkan telah diretas pada tahun tersebut.
Para agen NSA memasukkan spyware ke dalam piranti lunak, router dan firewall jutaan mesin. NSA juga menyadap jutaan sambungan telepon di Prancis pada periode 10 Desember 2012 dan 8 Januari 2013.
Detil terbaru dalam artikel Le Monde ini berdasarkan bocoran mantan analis intelejen Edward Snowden, melalui Glen Greenwald, seorang wartawan Guardian, yang memberikan materi bocoran dari Brasil. Demikian laporan wartawan BBC Christian Fraser di Paris.
Disebutkan bahwa program ini dibawa melalui bugs yang dimasukkan ke Kedutaan Prancis di Washington, dengan kode nama "Wabash" dan ke komputer yang digunakan delegasi Prancis di PBB, dengan kode nama "Blackfoot".
Sementara itu, dalam sebuah dokumen tertanggal Agustus 2010 menyebut data curian yang diambil dari komputer kedutaan asing bisa membuat AS mengetahui lebih cepat posisi anggota Dewan Keamanan lainnya, sebelum PBB menggelar pemungutan suara terkait resolusi bagi Iran.