Presiden Sudan Yakin CIA dan Mossad di Belakang ISIS
Tegaskan Islam Tidak Serukan Kebrutalanjpnn.com - KELOMPOK pemberontak Islamic State Iraq Syria (ISIS) dan Boko Haram kini benar-benar mendunia karena aksi brutal yang mereka pertontonkan. ISIS beroperasi di sebagian wilayah Irak dan Suriah, sedangkan Boko Haram beraksi di Nigeria, Afrika.
Namun, semakin banyak pihak meragukan dua kelompok itu berjuang atas nama Islam. Keraguan itu juga muncul dari para pemimpin di negara-negara Islam. Bahkan Presiden Sudan, Omar al-Bashir menyebut dua badan intelijen kondang, Mossad dan CIA ada di belakang ISIS maupun Boko Haram.
Dalam wawancara dengan Euronews, Omar membeber koneksi antara lembaga intelijen Israel dan Amerika Serikat itu dengan ISIS maupun Boko Haram. Tudingan itu disampaikan Omar menyusul aksi terbaru ISIS yang memenggal 21 warga Kristen Koptik Libia. ISIS sebelumnya juga sudah meengeksekusi ribuan orang di wilayah Irak dan Suriah
Sedangkan Boko Haram tahun lalu menculik 300 siswi sekolah di sebuah kota bernama Chibok. Kelompok itu juga mengaku bertanggung jawab atas pembantaian massal di kota Baga.
“Saya katakan CIA dan Mossad berdiri di belakang kelompok-kelompok ini. Tidak ada Muslim yang bertindak seperti itu,” kata Omar
Namun, dia justru mengingatkan bahwa melawan kaum militan itu dengan tindakan kekerasan justru bisa memicu respon yang lebih parah. Omar lantas membeber cara Sudan memerangi kelompok militan ekstrimis dengan mengedepankan dialog.
“Kebijakan kami sebagian besar berhasil setelah kami menahan anak-anak muda, membawa sekelompok ulama muda terlibat dalam dialog dengan mereka, tentang pikiran-pikiran mereka. Dan kami berhasil membawa mereka kembali dari pemikiran-pemikiran radikal,” sambungnya.
Sebelumnya, pemimpin kelompok Hezbollah di Libanon juga menyebut CIA dan Mossad berada di balk kelompok-kelompok ekstrimis itu. Sedangkan Januari lalu, wali kota Ankara di Turki malah menuduh Mossad mengotaki aksi penembakan brutal di kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris.(independent/ara/jpnn)