Presiden Suriah Bashar Assad Menang Pemilihan Lagi
"Untuk masa depan anak-anak Suriah dan kaum mudanya, mari mulai besok kampanye kerja kita untuk membangun harapan Suriah," tambahnya.
Di samping euforia suka cita rakyat Suriah, Kekuatan Barat telah mengecam pemilu sebelumnya sebagai "tidak sah" dan "tidak bebas atau adil," dengan alasan bahwa "rezim Assad" menolak suara untuk pengungsi dan diaspora.
Sementara Damaskus menyebut pemilihan itu sesuai dengan konstitusi Suriah, menteri luar negeri AS, Inggris, Prancis, Jerman dan Italia memprotes bahwa pemilihan itu diadakan "di luar kerangka kerja yang dijelaskan dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254."
Warga Suriah telah membalas bahwa alasan utama banyak warga diaspora mereka tidak bisa memilih adalah karena pemerintah ini dan sekutu mereka telah menutup kedutaan besar Suriah selama dekade terakhir.
Lima negara bagian yang mengutuk pemilu juga telah mendukung para militan yang berusaha menggulingkan pemerintah di Damaskus sejak 2011.
Konflik tersebut diperparah dengan munculnya kelompok teroris (IS, sebelumnya ISIS) yang mengeklaim sebagian besar wilayah negara tersebut, hingga Rusia mengirimkan pasukan ekspedisi atas permintaan Assad pada akhir 2015.
Sebagai perlindungan hak, Suriah telah mengundang pemantau pemilu internasional dari Rusia, China, India, Brasil, Afrika Selatan, Venezuela, Kuba, Nikaragua, Bolivia, Ekuador, dan Armenia. (mcr13/jpnn)